Tak Hanya Sebagai Limbah, Kulit Mangga Ternyata Bisa Cegah DBD!

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Selama ini, kulit buah mangga kerap dianggap sebagai sampah sehingga harus dibuang dan dagingnya saja yang dimanfaatkan. Namun, sebenarnya senyawa yang terkandung dalam kulit mangga ternyata mempunyai manfaat untuk membunuh larva nyamuk, termasuk larva nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD).

Hal tersebutlah yang digagas oleh empat mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK), Universitas Gadjah Mada (UGM). Keempat mahasiswa tersebut melakukan inovasi dengan cara memanfaatkan kulit mangga untuk membuat larvasida alami guna menekan kasus DBD.

Baca juga: Retno Marsudi: Israel Memiliki Tujuan Meniadakan Pengungsi!

Keempat mahasiswa yang tergabung dalam Tim Mango Skin for Organic Sustainable Aedes Insect Control (MOSAIC), yakni Santi Andriyani, Salman Hafiz Ar-ramli Lubis, Nisa Munawwarah, dan Jessica Edelyne kemudian menggagas formula kulit mangga tadi.

Mereka, dari kajian pustaka penelitian yang ada, kemudian menemukan adanya senyawa aktif dalam kulit mangga yang potensial untuk dikembangkan sebagai zat yang dapat digunakan membunuh larva nyamuk.

"Dalam kulit mangga terdapat senyawa flavonoid, saponin, serta tanin, yang berpotensi digunakan sebagai larvasida," kata Santi, dilansir dari laman UGM, Senin (22/1/2024).   

Flavonoid, jelas Santi, mampu mengganggu sistem saraf dan pernapasan larva. Sedangkan saponin berguna menjadi racun lambung kuat pada serangga dan tannin bisa menghambat enzim pencernaan.

Baca juga: Diplomasi Indonesia untuk Palestina, Menlu Retno: All Eyes on Rafah!

Sementara itu, Salman Hafiz menjelaskan bahwa ide pengembangan larvasida alami dari kulit mangga ini berangkat dari keprihatinan dia dan para rekannya terhadap laporan WHO perihal lonjakan tajam kasus DBD secara global. Lonjakan wabah DBD ini ditandai dengan peningkatan signifikan dalam jumlah, skala, serta peningkatan kasus itu sendiri.

"Bahkan WHO menyatakan terjadinya lonjakan wabah pada saat ini diikuti dengan penyebaran ke wilayah yang sebelumnya belum terpapar DBD," ujar Salman.

Berdasarkan data dari WHO tahun 2023, tercatat hampir 80% atau sekitar 4,1 juta kasus penyebaran wabah DBD terjadi di wilayah Amerika. Kondisi berbeda terjadi di Asia Tenggara, khususnya Thailand yang prevalensi kejadian DBD pada tahun tersebut meningkat tajam lebih dari 300% dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca juga: Patut Diwaspadai! Kena DBD Untuk Kedua Kali Lebih Jauh Lebih Kuat

Atas dasar tersebut, Santi menjelaskan bahwa gagasan penggunaan limbah kulit mangga sebagai larvasida alam tidak hanya menjadi alternative dalam membantu pencegahan kasus DBD saja, melainkan juga diharapkan menjadi kontribusi untuk mengurai persoalan lingkungan dengan cara mengolah limbah yang sebelumnya tidak dimanfaatkan dan hanya menjadi sampah bagi lingkungan.

Misalnya, pada tahun 2020 di Thailand, total produksi mangga di negara tersebut mencapai 1,66 juta ton sehingga ada potensi besar limbah sampah kulit mangga di negara tersebut.

"Hal ini membuat kami berpikir bahwa limbah olahan yang berasal dari kulit mangga di Thailand memiliki potensi besar untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi negaranya. Karena Thailand sendiri merupakan salah satu produsen mangga terbesar di dunia," katanya.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru