Yogyakarta (optika.id) - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi memberikan kuliah umum di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dengan mengambil tema "Diplomasi Indonesia untuk Palestina", Retno menyoroti tindakan Israel yang begitu kejam.
Topik kuliah umum itu juga akan menyoroti dua hal yakni perkembangan situasi di Palestina serta Sikap dan sepak terjang Bagaimana Indonesia menjalankan Diplomasi terhadap Palestina.
Baca Juga: Retno Marsudi: Israel Memiliki Tujuan Meniadakan Pengungsi!
"Tidak ada satupun kalimat yang dapat digunakan bahwa situasi bangsa Palestina mengalami perbaikan, situasi semakin memburuk. Sejak 7 Oktober tahun lalu, 2 juta orang terusir dan sebagian besar mereka terusir beberapa kali, di awal mereka diusir dari Utara ke Selatan. Sekarang kembali di bombardir di Selatan," kata Menlu Retno kepada Optika.id dipantau melalui YouTube Universitas Gadjah Mada, Senin, (3/6/2024).
Rafah menjadi target serangan Israel yang beralasan memburu tokoh-tokoh Hamas. Data menjelaskan 196 personal PBB tewas, lebih dari 36.284 orang meninggal dunia, 82.057 mengalami luka-luka. Diantara yang meninggal, ada 15.239 anak-anak yang meninggal, lalu di Gaza ditemukan 10 kuburan massal.
"Hanya beberapa rumah sakit yang memberikan pelayanan, Rumah Sakit Indonesia di Gaza sudah tidak berfungsi maksimal sejak November tahun lalu," tambah dia.
Baca Juga: Triyatni Martosenjoyo: Tingkat Kepuasan Rakyat ke Jokowi 80 Persen Itu Omong Kosong!
Lalu, Menlu menyoroti pembicaraan Rektor UGM, Ova Emilia ketika melakukan pembukaan yang menyebut Organisasi PBB yaitu UNRWA. Berdasarkan hal ini, Retno menyoroti adanya keterlibatan staf UNRWA dalam serangan 7 Oktober, banyak negara menyetop pendanaan namun tuduhan tidak terbukti sehingga beberapa negara melanjutkan pendanaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Maka upaya pelemahan dilakukan, salah satunya adalah dihentikannya bantuan kemanusiaan, bantuan dari para donor kepada UNRWA, terutama dari Amerika Serikat. Pada saat beberapa negara Eropa Barat membekukan bantuannya kepada UNRWA. Di titik itu saya memulai perjalanan ke Eropa kenapa harus dibekukan sekarang, bukannya PBB akan membentuk tim investigasi, biarlah bergerak dulu, hasilnya seperti apa baru kita bertindak," terangnya.
Baca Juga: Soffian Effendi : Amandemen UUD'45 Merusak Pemerintahan Berdasarkan Pancasila
Setelah itu, Tim Investigasi PBB bergerak dan tidak ada bukti keterlibatan UNRWA dalam serangan Hamas. Sehingga pembekuan bantuan satu demi satu sudah dialirkan kembali. Sampai kini, Amerika Serikat belum membuka kembali kran bantuan kepada UNRWA.
"UNRWA adalah lembaga PBB untuk mengurus pengungsi, ini tidak hanya di Gaza tetapi di tepi barat, di Jordan, di Lebanon, di Suriah yang jumlah total hampir 6 juta orang pengungsi, kalau kita lihat kenapa upaya ini dilemahkan. Ini tidak hanya memperburuk pelayanan, secara sistematis memang dilakukan Israel untuk meniadakan isu pengungsi. Kalau mereka tidak dilayani terpaksa mereka akan tinggal di negara tersebut sehingga isu pengungsi akan tidak ada," pungkasnya.
Editor : Pahlevi