Oleh: Prof. Ir. Daniel Mohammad Rosyid, M.Phil., Ph.D
Surabaya (optika.id) - Sekitar 150 juta pemilih yang tersebar di sebuah bentang alam kepulauan seluas Eropa ini, dengan kesenjangan informasi, literasi, dan sosial ekonomi yg parah akan memilih presiden dan wakilnya dengan menebak, hasil propaganda, intimidasi dan politik uang.
Baca juga: Pilpres Ala UUD 2002: Akibatkan Penguasa Jumawa?
Sejak pencalonan oleh koalisi parpol, tarik ulur kepentingan, logistiknya, dan akuntabilitasnya nanti setelah terpilih sangat musykil.
Rakyat akan kesulitan menagih janji-janji paslon petugas partai karena bukan mandataris lembaga yang kompeten bil hikmah mewakili rakyat terpilih.
Baca juga: Spirit Reformasi Diselewengkan, Surabaya Gugat Berikan Pernyataan!
Pilpres ala UUD 2002 ini adalah the most problematic election in liberal democracy on earth that requires the most sophisticated politics as the art of possibilities.
Bahkan pemilihnya mengalami accelerated evolution menjadi spesies cebong, kampret, dan kadrun fanatics. Bangsa ini, terutama ummat Islam, jangan terkejut jika hasil Pemilu ini akan tetap memilukan.
Baca juga: Muhammadiyah: Rahmatullah wa Baarakatuh bagi Bangsa Indonesia
@PilpresMbelgedhes
Editor : Pahlevi