GMNI: Istana Harus Refleksi, Jangan Tuduh Civitas Akademika Orkestrasi Elektoral!

Reporter : Eka Ratna Sari

Yogyakarta (optika.id) - Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Arjuna Putra Aldino, mengecam pernyataan Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana yang menyebut ada upaya yang sengaja mengorkestrasi narasi politik tertentu untuk kepentingan elektoral. Arjuna menilai pernyataan itu tidak pantas dan tidak menghargai sikap para gurubesar dan civitas akademika yang mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait demokrasi.

Arjuna mengatakan bahwa para civitas akademika berbicara atas dasar nurani dan panggilan moralnya sebagai pendidik. Mereka menyampaikan keresahan yang nyata atas maraknya penyimpangan dan tindakan intimidasi yang bisa merusak demokrasi. Arjuna menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh para civitas akademika merupakan bagian dari gerakan moral dan kontrol sosial.

Baca juga: Pertemuan Tertutup Jokowi dan Prabowo: Momen Penting di Solo

Saya kira para civitas akademika ini kelasnya bukan seperti buzzer dan influencer, mereka bicara atas dasar nurani dan panggilan moralnya sebagai pendidik. Seharusnya dijadikan pelajaran untuk refleksi dan koreksi, bukan menuduh yang tidak-tidak, tegas Arjuna, melalui keterangannya kepada redaksi, Minggu (4/2/2024).

Jangan sedikit-sedikit dipandang dalam kerangka elektoral. Kalau kita lihat, sikap civitas akademika adalah gerakan moral, bagian dari kontrol sosial. Sebagai upaya mengembalikan jalannya pemerintahan ke rel yang benar dan beradab, tuturnya.

Baca juga: Aneh! Jelang Lengser Kepuasan Terhadap Jokowi Tinggi, tapi Negara Bakal Ambruk

Arjuna juga menyoroti perilaku istana yang seringkali cawe-cawe dan mengorkestrasi kepentingan elektoral. Ia mencontohkan Presiden Jokowi yang hanya kerap memamerkan tontonan berdua dengan Prabowo Subianto yang notabene adalah salah satu capres. Ia juga menyebut sejumlah pejabat melakukan politisasi bansos hingga perlakuan tidak adil lainnya terhadap partai-partai yang tidak mendukung anak presiden. Ia menilai istana melakukan penyalahgunaan wewenang untuk kampanye terselubung.

Bukannya yang kerap memainkan orkestrasi elektoral itu Presiden dan sejumlah menteri ya? Mulai dari makan bakso hingga pembagian bansos yang menggila dan perlakuan diskriminatif terhadap partai yang tak mendukung anak Presiden. Jadi jangan asal ngomong, kritik Arjuna.

Baca juga: Dosa-dosa Jokowi

Arjuna melihat saat ini negara mengalami kemerosotan wibawa, kehormatan, dan pamornya akibat terlihat sangat jelas mengerahkan seluruh sumber daya untuk memenangkan salah satu paslon. Ia mengatakan prinsip netralitas dan etika berpolitik diterabas, ada potensi abuse of power. Ia mengkhawatirkan dampak negatif dari sikap partisan penyelenggara negara terhadap stabilitas sosial dan kesejahteraan rakyat.

Negara sudah kehilangan wibawa, kehilangan pamor. Karena penyelenggara negara kini bersifat partisan. Tidak bisa menjadi pengayom bagi seluruh rakyatnya. Mereka sendiri yang mempertontonkan watak partisan kok gurubesar dan civitas akademika yang dituduh partisan? tutup Arjuna.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru