Jakarta (optika.id) - PT KAI (Persero) mengambil pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebesar Rp6,98 triliun untuk menutupi biaya pembengkakan atau cost overrun dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Pinjaman tersebut telah dicairkan sejak 7 Februari 2024 dan disalurkan kepada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Pinjaman itu terdiri dari dua fasilitas, yaitu fasilitas A sebesar Rp3,6 triliun dan fasilitas B sebesar Rp3,38 triliun. Hal ini diungkapkan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca juga: Pertemuan Tertutup Jokowi dan Prabowo: Momen Penting di Solo
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mengalami pembengkakan biaya dari estimasi awal sebesar 5,13 miliar dolar menjadi 6,33 miliar dolar atau setara dengan Rp96,42 triliun. Hal ini dikonfirmasi oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR tahun lalu.
Baca juga: Aneh! Jelang Lengser Kepuasan Terhadap Jokowi Tinggi, tapi Negara Bakal Ambruk
Kita sepakat dengan angka cost overrun 1,2 billion miliar dolar. Ini yang sedang kita rapikan, kata Kartika yang akrab disapa Tiko, pada Jum'at (16/02/2024).
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah memutuskan untuk mencari pinjaman dari CDB, bank pembangunan milik pemerintah China. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan bahwa CDB telah menyetujui pinjaman tersebut dengan bunga yang diturunkan dari 3,4 persen menjadi 3,2 persen.
Baca juga: Dosa-dosa Jokowi
Seto mengatakan bahwa pinjaman dari CDB merupakan bagian dari skema pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang melibatkan pemerintah Indonesia, pemerintah China, dan konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Editor : Pahlevi