Jakarta (optika.id) - Prabowo Subianto, capres nomor urut dua dari Koalisi Indonesia Maju, dianggap akan kesulitan untuk bebas dari pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini karena Jokowi disebut-sebut akan menguasai parlemen, sehingga bisa mengawasi kebijakan Prabowo jika terpilih, sekaligus menyiapkan Gibran Rakabuming Raka untuk Pilpres 2029.
Baca juga: Kekuatan Orde Baru Sudah di Pusat Pemerintahan Republik Indonesia
Prabowo pasti akan berusaha lepas dari bayang-bayang Jokowi. Tapi caranya bagaimana? Katanya Jokowi akan perkuat bayang-bayangnya di parlemen dengan mengambil alih Golkar dan PKB bersama beberapa partai lainnya. Oh ya, Cak Imin katanya juga akan diganti dari partainya, kata Denny Siregar, pegiat media sosial.
Dengan kekuatan di parlemen, Jokowi bisa mengontrol kebijakan-kebijakan Prabowo sekaligus mengamankan Gibran untuk jadi capres berikutnya di 2029, tambahnya, dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Selasa (27/2/2024).
Denny juga mengatakan bahwa Prabowo akan mencari dukungan dari Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan mungkin mendukung hak angket karena akan mengarah pada Jokowi.
Prabowo merasa terancam. Makanya sekarang dia mencoba membangun kekuatan bersama SBY. Dan mungkin saja Prabowo mendukung hak angket, karena hak angket itu bukan menyerang dirinya tapi menyerang Jokowi, ujarnya.
Sementara itu, peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor menilai bahwa Prabowo ingin membangun keseimbangan kekuasaan di dalam kubu pengusungnya untuk menahan pengaruh politik dari luar, termasuk Jokowi yang sering bertemu SBY.
Baca juga: Hasto Soal Gulirkan Hak Angket, Tekanan Hukumnya Kuat
Ada tendensi Prabowo sedang membangun balance of power (keseimbangan kekuasaan) di dalam kubu pengusungnya. Hal itu penting supaya dia benar-benar bisa menjadi leader (pemimpin) bukan hanya pelaksana keinginan Jokowi, kata Firman, Minggu (25/2/2024), dikutip dari Kompas TV.
Firman mengatakan bahwa Prabowo telah menemui SBY sebanyak dua kali dalam sepekan terakhir. Pertama pada 17 Februari 2024 di Museum dan Galeri SBY-Ani Yudhoyono di Pacitan, dan terbaru di kediaman SBY, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akhir pekan lalu, Sabtu (24/2/2024).
Firman menambahkan bahwa pengaruh Jokowi tidak hanya dalam menjadikan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres, tetapi juga terkait dengan keberadaan parpol pengusung paslon nomor urut dua itu yang juga bagian dari koalisi pemerintah.
Baca juga: Peneliti BRIN Tanyakan Kelanjutan Parpol Ungkit Hak Angket
Demokrat menjadi parpol terakhir yang bergabung dengan pemerintah dengan masuknya Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN).
Firman menilai bahwa Prabowo lebih mudah mendekati Demokrat yang menjadi oposisi selama hampir dua periode, dan juga pengaruh Jokowi lebih kuat pada parpol-parpol lain di dalam pemerintah seperti Golkar dan PAN.
"Prabowo sebagai orang yang (akan) berkuasa harus punya kaki di mana-mana, sehingga dia akan muncul sebagai kekuatan politik utama dan punya bargaining position, kata Firman.
Editor : Pahlevi