Surabaya (optika.id) - Baru-baru ini, kekerasan anak menjadi hal yang menjadi atensi bagi banyak pihak. Dimulai dari perundungan di sebuah sekolah internasional, hingga kematian seorang santri yang diduga dirundung dan mendapatkan kekerasan dari teman-temannya.
Bullying atau perundungan, khususnya di lingkungan sekolah baik formal maupun informal, memang masih menjadi isu krusial yang harus segera mendapatkan atensi dari semua pihak. Segala bentuk kekerasan di sekolah harus bisa dicegah dan diatasi, apapun bentuknya. Pasalnya, bullying ini memberikan dampak buruk baik untuk fisik maupun mental para korbannya.
Baca juga: Bullying Terjadi Lagi, FSGI: Sekolah Tak Boleh Cuci Tangan dan Main Aman
Menurut Psikolog Klinis Anak, Alia Mufida, tindakan bullying ini akan memberikan dampak yang buruk bagi korbannya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. korban perundungan, dalam jangka pendek, akan mengalami sakit fisik dan mental yang ditandai dengan perasaan kaget atau syok. Sementara dampak jangka panjangnya, si anak yang menjadi korban itu akan mengalami trauma yang entah kapan sembuhnya.
Korban juga bsia mengalami trauma terkait pertemanan (friendship) terkait sikap perundungan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya. Selain itu, korban juga akan mempunyai trust issue sehingga merasa kesulitan untuk menilai mana teman yang benar-benar bisa menerimanya dengan baik dan mana yang tidak.
Korban bullying juga cenderung menyimpan amarah serta emosi yang besar dan dipendam olehnya sebagia akibat dari tindakan perundungan yang telah menyakiti fisik dan mentalnya sehingga diperlukan proses untuk mengelolanya dengan baik.
"Supaya bisa meluruskan pikiran-pikiran yang anak tersebut [korban] pikirin yang tidak tepat. Misalnya pikiran bahwa dia layak mendapatkan bullying, nah itu kan sesuatu yang tidak tepat dan perlu diluruskan," ucap perempuan yang akrab disapa Fida itu kepada Optika.id, Rabu (28/2/2024).
Pendampingan Korban Bullying
Dengan menimbang besarnya dampak buruk yang dialami oleh korban setelah mendapatkan perundungan, Fida menyebut korban harus segera mendapatkan pendampingan yang serius baik dari orang tua, atau tenaga ahli professional seperti psikolog.
Baca juga: Kasus Kekerasaan Seksual Tak Kunjung Henti Terjadi di Sekolah
Dalam mendampingi anak sebagai korban perundungan, imbuh Fida, orang tua harus membangun dan merefleksi koneksi yang lebih dalam lagi dengan anaknya. Tak hanya itu, penting juga memastikan bahwa orang tua selalu berada di sisi anak agar si anak merasa dibela, didukung, diayomi, dan senantiasa didampingi dalam kondisi apapun. Selain itu, kondisi dalam rumah atau keluarga juga seyogyanya baik-baik saja agar buah hati merasa nyaman.
"Anak-anak seperti ini [korban bullying] yang dibutuhin itu perhatian, supaya akhirnya dia tahu dan yakin bahwa keluarganya akan selalu bersamanya dan enggak akan kemana-mana. Sambil juga dikasih tahu mana yang benar dan salah, serta dia merasa dibela dan didukung," ujarnya.
Tak hanya dari orang tua, anak yang menjadi korban perundungan harus segera dibawa ke psikologi agar mendapatkan pendampingan yang menyeluruh. Anak diharapkan mendapat ruang aman di psikolog itu agar bisa mengungkapkan cerita yang sebenarnya dari sudut pandangnya.
"Ada hal-hal yang harus diluruskan, supaya jangan sampai nanti dia akan jadi pelaku [bullying] di masa mendatang saat sudah selesai. Sehingga, mereka tahu pengalaman ini tuh bisa dipelajari dari sisi mana saja. Secara emosional dan mental tidak terganggu dengan kejadian itu," tuturnya.
Baca juga: Mengapa Kekerasan Rentan Menimpa Perempuan?
lebih lanjut, sebagai upaya preventif atau pencegahan tindak perundungan pada anak, Fida menyebut jika orang tua harus memastikan terlebih dulu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan sang buah hati. Khususnya jika anak masih berada pada usia remaja.
Anak remaja, imbuh Fida, kerap mengungkapkan hal-hal yang ingin dia sampaikan saja kepada orang tuanya. Alilh-alih mencoba untuk bersikap terbuka. Maka dari itu, orang tua juga perlu peka untuk melihat perubahan yang terjadi pada anaknya. Termasuk di antaranya adalah dengan rutin mengecek aktivitasnya di sekolah maupun lingkungan pertemanannya.
"Kalau anaknya ada yang berubah harus dicari tahu penyebabnya. Kalau hubungannya dengan orang tua baik, paling tidak bisa menjadi benteng untuk anak sehingga paham di titik mana dia harus bertindak. Jadi yang mereka ingat adalah hubungan baik dengan orang tua yang enggak mau mereka rusak," imbuhnya.
Editor : Pahlevi