Agus Mulyana Bicara Intelektual, Ideologi Punya Formulasi Tentang Masyarakat!

Reporter : Danny

Surabaya (optika.id) - Sejarawan Agus Mulyana mencatat beberapa hal dan mengatakan bahwa gerakan Intelektual itu kemudian menjadi gerakan Politik. Ini sesungguhnya ada di komunitas, bagaimana alumni-alumni terjun dalam bidang politik dan bermula dari gerakan Intelektual. 

"Ciri dari seorang intelektual, dia selalu melakukan formulasi tentang bagaimana membangun masyarakat kedepan. Jadi setiap zaman, ketika ada gerakan intelektual dan gerakan politik, tetap yang menjadi utama adalah bagaimana masyarakat kedepan. Keputusan ini akan sangat dipengaruhi oleh ideologi, formulasi ini sekarang hampir dikatakan hilang," kata Agus Mulyana kepada Optika.id, Minggu, (17/3/2024). 

Baca juga: Peneliti Ilmu Hukum Tegaskan Prabowo Pernah Bicara Tak Mau Terlalu Dekat dengan China

Dalam catatan sejarah, formulasi ideologi kaum Intelektual yang bergerak di dalam gerakan kebangsaan dimotori oleh kaum Intelektual produk dari pendidikan kolonial. Ini yang menjadi penggerak mereka merumuskan Indonesia kedepan, dalam perspektif historis, gerakan-gerakan Intelektual saat itu memiliki dasar ideologi yang menjadi keyakinan. 

"Bagaimana dulu Soekarno membangun kekuatan ideologi untuk membangun Indonesia. Lepas dulu persoalan bagaimana intelektual merumuskan ideologi ini, merumuskan masa depan masyarakatnya. Bagaimana Tan Malaka merumuskan dengan Madilog. Begitupun cokro aminoto, berbicara mengenai sosialisme Islam, merumuskan masyarakat Indonesia kedepan dengan sosialisme islam," tegasnya. 

Baca juga: Dewi Fortuna Anwar: Prabowo Belum Jadi Presiden Tapi Sudah Menerima Undangan Negara Luar

Mereka pada umumnya, memiliki pendidikan dalam tanda kutip pendidikan subkuler. Karena, kelompok pendidikan pesantren saat itu dipinggirkan. Diawali dengan sebuah gerakan pemikiran, bagaimana Hatta dengan perhimpunan merumuskan Indonesia kedepan. Ini yang kemudian menjadi afiliasi ideologi, ada kelompok merah, partai sosialisme indonesia. 

"Bagaimana ada masyumi, dan sebagainya, ada juga PKI sebagai gerakan ideologi. Lepas dari persoalan setuju dan tidak setuju, sebuah formulasi awal dari gerakan intelektual di Indonesia. Kita implementasikan setelah Indonesia merdeka. Saat itu ada sekutu masuk yang dipimpin Amerika dan baru selesai dengan Jepang. Karena Jepang ini sangat otoriter, ketika masuk dimana mereka menjual demokrasi," terangnya. 

Baca juga: Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Sulit Kabulkan PHPU!

Kemudian, dari situ lahir partai politik dengan basis Ideologi. Karena ideologi punya formulasi tentang masyarakat. Ada nasionalis, pmi, islam, masyumi, sosialis radikal, pki dan lain-lain. Terbentuklah partai-partai dikenal dengan demokrasi parlementer. Itu yang terjadi dan digerakkan oleh kaum intelektual, karena waktu itu masyarakat tahu kepada mereka adalah produk dari pendidikan kolonial. 

"Mereka kemudian memunculkan gerakan kaum Intelektual apit dalam gerakan kebangsaan dengan membangun partai berbasis ideologi. Bahkan di tahun 1955 ada pemilu, paling bersih, kalau kita sebut sekarang rakyat terlibat langsung dalam pemilu. Saat itu juga sama, melahirkan tiga ideologi dan berdebat dalam perumusan ideologi negara," pungkasnya. 

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru