Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
Baca juga: Suriah Jatuh
Optika.id - Tanggal 21 April merupakan tanggal penting bagi bangsa Indonesia untuk merayakan pejuang kebangkitan wanita Indonesia yaitu Raden Ajeng Kartini. Perjuangan RA Kartini memberikan inspirasi bangi banyak wanita di Indonesia yang dewasa ini sudah banyak yang menduduki posisi penting diberbagai bidang antara lain sebagai guru, dosen, Profesor, anggota DPR/DPRD, CEO perusahaan, peneliti, anggota TNI dan Polri, musisi dan sebagainya.
Namun bangsa ini juga perlu menyadari bahwa pahlawan kebangkitan wanita Indonesia tidak hanya RA Kartini, karena hampir disetiap propinsi di negeri ini telah muncul para tokoh-tokoh wanita yang berjuang tidak hanya untuk kaum wanita tapi juga untuk kemerdekaan Indonesia.
Mereka itu antara lain Martha Christina Tiahahu, pejuang dari Desa Abubu, Pulau Nusalaut yang lahir pada tanggal 4 Januari 1800. Waktu masih berusia 17 tahun, ia sudah berani mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Tak hanya itu, Martha Christina Tiahahu juga selalu memberi semangat pada kaum perempuan untuk membantu laki-laki di medan pertempuran.
Dari tanah rencong- Aceh, ada nama Laksamana Keumalahayati, pejuang asal Kesultanan Aceh yang lahir di Aceh Besar pada tahun 1550. Perempuan tangguh ini memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid). Dengan keteguhan hati, mereka berperang melawan kapal dan benteng Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 11 September 1599. Berkat keberaniannya, maka Malahayati mendapat gelar Laksamana.
Baca juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi
Masih dari Aceh ada pahlawan wanita Cut Nyak Meutia, ia juga melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan suaminya, Teuku Muhammad. Tetapi, suaminya berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati pada tahun 1905. Sesuai wasiat suaminya sebelum gugur, Cut Nyak Meutia menikah dengan Pang Nanggroe. Mereka bertempur dengan Korps Marechausée dan membuat suaminya gugur pada 26 September 1910, tetapi Cut Nyak Meutia berhasil lolos. Ia terus melakukan perlawanan dengan sisa-sisa pasukannya, tetapi takdir berkata lain. Cut Nyak Meutia gugur pada 24 Oktober 1910.
Bumi rencong juga memiliki pahlawan Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita lainnya di Indonesia. Cut Nyak Dien lahir di Lampadang Kerajaan Aceh. Sebagai seorang wanita, Cut Nyak Dien berperan dalam melawan kolonialisme Belanda. Bahkan, Cut Nyak Dien ikut ke dalam medan perang melawan Belanda.
Dari Jawa Barat ada Raden Dewi Sartika yang peduli dengan pendidikan kaum perempuan. Jasanya adalah membuat sekolah bernama Sekolah Istri di Pendopo pada 16 Januari 1904. Lalu, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri di tahun 1910 dan berubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.
Baca juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat
Tidak salah kalau Maria Walanda Maramis dijuluki sebagai Kartini dari Minahasa. Sebab, pahlawan kelahiran 1 Desember 1872 ini berupaya membebaskan perempuan dari keterbelakangan pendidikan. Maria sendiri sempat bersekolah di Sekolah Melayu di Maumbi, Minahasa Utara, selama tiga tahun dan tak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau lebih dikenal dengan nama Rasuna Said. Perannya adalah memperjuangkan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, sama seperti Kartini. Menurutnya, kemajuan kaum perempuan tidak hanya didapat dari mendirikan sekolah, tetapi juga melakukan perjuangan politik. Berkat pidatonya yang mengecam pemerintahan Belanda, maka ia terkena hukum Speek Delict. Hukum Speek Delict adalah hukum kolonial Belanda untuk orang yang berbicara menentang Belanda. Ia sempat tertangkap bersama temannya, Rasimah Ismail, dan dipenjara di Semarang pada tahun 1932.
Di atas itu adalah beberapa tokoh, pahlawan wanita Indonesia yang berjuang demi kemerdekaan wanita dan negeri Indonesia. Sebenarnya masih banyak nama-nama tokoh wanita penting dari berbagai propinsi di Indonesia ini yang menjadi pahlawan nasional yang generasi muda tidak hanya generasi muda wanita tapi semua generasi harus mengetahui bahwa negeri ini sudah banyak melahirkan tokoh-tokoh wanita yang berjasa untuk negara.
Editor : Pahlevi