Surabaya (optika.id) - Dalam gelaran International Convention of Asia Scholars (ICAS) ke-13 yang berlangsung di Universitas Airlangga, para peserta diajak untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang kekayaan kuliner Indonesia, khususnya kecap. Acara yang bertajuk Foodscaping Asia III: Keeping up with Kecap ini berhasil menyatukan para akademisi, peneliti, dan pecinta kuliner untuk membahas seluk beluk kecap dari berbagai sudut pandang.
Kecap, yang selama ini dikenal sebagai bumbu penyedap makanan, ternyata memiliki sejarah dan budaya yang kaya. Dalam workshop yang diselenggarakan di Majapahit Hall, ASEEC Tower tersebut, peserta ICAS diajak untuk mencicipi beberapa jenis kecap dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari kecap cap Sawi yang terkenal manis dari Kediri hingga kecap cap Jeruk Pecel khas Surabaya, kecap cap Tomat Lombok dari Tegal, kecap cap Sari Dele dari Tegal, Kecap cap Sari Dele dari Tegal, kecap SH dari Tanggerang, Banten, dan beberapa jenis kecap lainnya yang masing-masing memiliki cita rasa unik yang dipengaruhi oleh bahan-bahan lokal dan proses pembuatannya.
Baca juga: Pimnas Ke-37 di Unair Diikuti Lebih dari 3000 Peserta
Hardian Eko Nurseto, seorang akademisi yang juga pernah mengikuti Masterchef Indonesia, menjadi salah satu inisiator acara ini. Menurutnya, kecap bukan hanya sekedar bumbu, tetapi juga merupakan representasi dari identitas kuliner suatu daerah. "Kecap adalah bagian integral dari masakan Indonesia. Melalui acara ini, kami ingin menunjukkan bahwa kecap memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia di kancah internasional," ujarnya.
Mengenal Lebih Jauh tentang Kecap Nusantara
Acara ini juga menarik minat peserta asing. Bill, seorang peserta dari Thailand, mengaku sangat menyukai kecap cap Sawi dari Kediri. "Kecap favorit saya yang rasanya asin, merek Sawi dari Kediri," ungkapnya. Sementara itu, Takeshi, peserta asal Jepang, mengaku baru mengetahui bahwa kecap di Indonesia memiliki beragam rasa. "Saya baru tahu kalau rasa kecap di Indonesia sangat beragam ada yang asin, manis, bahkan rasa yang kuat. Kalau di Jepang, kecap terkenal dengan rasa asin. Saya jadi mengerti bahwa di Indonesia, rasa kecap dipengaruhi dari geografis tempat pembuatan kecap, jika satu tempat berbeda dengan yang lain maka rasanya akan berbeda pula" ujar Takeshi.
Baca juga: Airlangga Schools SDGs Day 2: Bahas Pilar Pembangunan Lingkungan dan Sosial!
Dalam sesi diskusi, para peserta diajak untuk membahas berbagai aspek terkait kecap, mulai dari sejarah, proses pembuatan, hingga pengaruhnya terhadap budaya masyarakat. Para ahli juga berbagi pengetahuan tentang bagaimana kecap dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk mempromosikan kuliner Indonesia ke kancah internasional.
Acara Foodscaping Asia III: Keeping up with Kecap diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan kekayaan kuliner Indonesia. Selain itu, acara ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para pelaku industri kuliner untuk menciptakan inovasi-inovasi baru berbasis kecap.
Baca juga: Airlangga SDGs School, Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa di Berbagai Pilar!
Sebagai tambahan informasi, ICAS ke-13 ini telah digelar pada hari ketiga dari rangkaian kegiatan selama 6 hari sejak 27 Juli 1 Agustus 2024. Konferensi internasional ini juga hasil kerja sama Universitas Airlangga (UNAIR) melalui Airlangga Institute for Indian Ocean Crossroad (AIIOC) bersama International Institute for Asian Studies (IIAS). Dalam rangka mendukung upaya pelestarian budaya Indonesia dan dunia salah satunya melalui kuliner nusantara.
Penulis: Meilisa Dwi Ervinda
Editor : Pahlevi