Oleh: Erlang Nala Yudha
Sidoarjo (optika.id) - Pendaftaran calon bupati dan wakil bupati akhirnya ditutup. Dua nama paslon muncul yakni Achmad Amir Aslichin atau akrab dipanggil mas iin yang berpasangan dengan Edy Widodo dari PDIP. Satunya lagi yakni Subandi yang notabene Plt. Bupati Sidoarjo yang berpasangan dengan Mimik Idayana, legislator perempuan dari PKB. Dua nama paslon yang sebenarnya tidak asing di telinga masyarakat Sidoarjo.
Baca juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Lalu seberapa nyaring pilkada Sidoarjo?. Melihat pengamatan baik di lapangan maupun di media sosial, keriuhan pilkada Sidoarjo sebenarnya cukup sepi. Terlebih kemunculan dua nama paslon yang tidak begitu mengagetkan. Justru yang mengejutkan adalah manuver yang dilakukan Subandi dengan melepas jabatan sebagi ketua DPC PKB Sidoarjo yang kemudian diusung oleh partai koalisi Gerindra, Golkar, dan Demokrat.
Minimnya antusiasme masyarakat ini cukup beralasan. Yang pertama jelas Hattrick kasus hukum yang menjerat Bupati Sidoarjo selama tiga kepemimpinan terakhir. Adanya rasa malu, ketidakpercayaan hingga keraguan terhadap penegakan hukum selalu membayangi pikiran partisipan. Berbeda dengan antusiasme daerah-daerah lain dalam menyambut pilkada, di beberapa timeline banyak sekali saya temui komentar pesimisme dari warga terkait pilkada Sidoarjo saat ini. Wajar memang, kita harus menerima fakta ini
Persoalan-persoalan lain seperti belum meratanyap embangunan di Sidoarjo terutama di wilayah pinggiran, turut menambah keapatisan pemilih dalam menyambut pilkada tahun ini. Meskipun tidak bisa dipungkiri, sejak empat tahun terakhir pembangunan infrastruktur di Sidoarjo sebenarnya cukup siginifikan. Pembangunan fly over aloha, betonisasi dan pavingisasi jalan, serta pembangunan rumah sakit menjadi bukti nyata bahwa Sidoarjo telah berbenah. Namun itu sajaternyata belum cukup. Ada harapan besar bagi masyarakat terkait arah pembangunan Sidoarjo kedepan. Kita tahu bahwa Sidoarjo bertetangga dengan Surabaya. Banyak warga Sidoarjo yang bekerja di Surabaya, maka tak heran harapan besar warga adalah agar Sidoarjo bisa berkembang minimal mendekati kemajuan kota Surabaya.
Krisis kepercayaan yang menimpa figur paslon ini cukup ironis. Saya percaya meskipun belum ada lembaga survei yang merilis tingkat harapan dan elektabilitas terhadap paslon. Saya meyakini Sebagian besar masyarakat menginginkan figur baru yang belum pernah muncul di kontestasi pilkadaatau politik di Sidoarjo. Tapi apapun itu kita harus angkat topidan beri apresiasi setinggi-tingginya terhadap paslon dan partai politik pengusung dalam memeriahkan pesta demokrasilima tahunan ini.
Tentu bukan pekerjaan mudah bagi siapapun yang terpilih nanti. Menghapus trauma kasus korupsi yang menjerataparatur pemerintah barang tentu menjadi PR utama. Tata Kelola birokrasi, rencana pembangunan, dan karya- karyaspektakuler yang akan dikeluarkan nanti. Sudah cukup tigaBupati yang terjerat kasus hukum di akhir periodenya. Kedepan, semuanya harus berakhir dengan happy ending. Maka di periode 2025-2030 ini Sidoarjo harus benar-benarmelakukan lompatan yang luar biasa. tidak bisa dengan carayang biasa-biasa saja. Reformasi birokrasi, transparansi dalampengelolaan keuangan daerah, dan yang penting lagi adalahpelayanan publik.
Baca juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada
Kenapa pelayanan publik? Saya menilai bahwapelayanan publik akan menjadi trigger utama dalammemulihkan kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Manjakan dulu warganya dengan pelayanan publik yang baik, pangkas semua jalur birokrasi yang berbelit terlebih jika adapeluang pungli. Sebagai contoh Surabaya. Anak mudaSurabaya selalu berisik tentang pelayanan publik, mulai daripengurusan akta kelahiran, kependudukan, bahkan sampaidokumen melamar pekerjaan. Semua bisa dipermudah dan dipangkas jalur birokrasinya. Belum layanan publik yang lain seperti parkir berlangganan, hingga pelayanan kesehatan.
Kedua adalah pembangunan fasilitas umum yang nantinya akan berkaitan dengan keindahan kota. Pembangunan alun-alun kota sudah menjadi modal untukkemudian ditiru dan diperbanyak diberbagai sudut kota dan wilayah kecamatan. Pembuatan taman-taman atau ciri khasdari Sidoarjo perlu dimunculkan sebagai sarana hiburan bagimasyarakat. Warga harus bangga dan menikmati keindahankotanya sendiri. Jika Pembangunan fasilitas umum dan saranahiburan ini terwujud maka secara tidak langsung juga akanmenggerakkan perekonomian masyarakat. Saya kadangmembayangkan suatu saat di wilayah kecamatan Jabon dan Tarik terdapat taman kota yang benar-benar hidup denganwahana hiburannya lalu menjadi jujugan bagi masyarakatsekitar, dimana nantinya perekonomian gerak dan tentunyaturut mengundang kepedulian warganya untuk menjaga dan merawatnya.
Disamping tentu pembangunan infrastruktur baik jalanmaupun fasilitas umum lainnya. Kemacetan yang tak berujung seperti di perempatan Gedangan, dan sepanjang jalan utamayang menghubungkan Surabaya Sidoarjo perlu diuraidengan pembangunan jalan aletrnatif untuk memecahkemacetan. Jalan -jalan yang berlubang serta pembangunanjalan di wilayah pinggiran Sidoarjo turut perlu diperhatikan.
Baca juga: Cak Imin Usul Sistem Pemilu Diganti: Pemilu 2024 Banyak Timbul Fitnah
Dan yang menjadi gong atau penentu ujian kepercayaanpublik adalah menghindari tindak pidana korupsi di lembagapemerintahan. Penerapan good governance benar-benardijalankan secara menyeluruh dan tegas. Harapannya di masa bakti 2025-2030 pemimpin daerah Sidoarjo bisa berakhirdengan tuntas sesuai masa jabatannya.
Jika semua paslon memahami persoalan Sidoarjo dan berusaha mengurangi deligitimasi kepercayaan masyarakat. Saya yakin Sidoarjo mampu mengejar ketertinggalan daridaerah-daerah lain. Memang pekerjaan rumah sangat berat, namun hendaknya pilkada ini dijadilkan momentum untukmendeklarasikan Sidoarjo berbenah : sekarang atau tidaksama sekali.
*Penulis adalah salah satu karyawan swasta yang tinggal di Sidoarjo
Editor : Pahlevi