Optika.id-Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menceritakan sejumlah bentuk pembiayaan eksternal yang pernah diterima maskapai penerbangan di luar negeri. Aneka pembiayaan ini ditujukan untuk menjalankan program restrukturisasi utang hingga menyelamatkan bisnis maskapai tersebut.
"Jadi ini adalah beberapa percontohan yang dilaksanakan dari sisi industri transportasi di luar," kata Arsjad dalam diskusi strategi pemulihan bisnis transportasi secara virtual, Kamis (11/11/2021).
Baca juga: Sarman Simanjorang Ingin Penerus Jokowi Bisa Lanjutkan Program Indonesia Emas 2045
Pertama, kata Arsjad, yaitu direct financial aid atau bantuan langsung yang diberikan pemerintah Malaysia kepada Malaysia Airlines melalui Khazanah Nasional. Khazanah adalah lembaga investasi milik pemerintah Malaysia.
Total modal baru yang disuntikkan pada awal 2021 ini yaitu sebesar 3,6 miliar ringgit Malaysia atau setara US$ 891 juta. Modal ini diberikan sebagai bagian dari upaya maskapai melakukan restrukturisasi utang yang mencapai 16 miliar ringgit Malaysia.
Kedua, kata Arsjad, ada juga indirect financial air atau bantuan tidak langsung yang terjadi di Italia. Di sana, kata Arsjad, pemerintah Italia menasionalisasi maskapai penerbangan terbesar di sana yaitu Alitalia.
Laporan Reuters pada 2020 menyebutkan bahwa Menteri Transportasi Italia Paola De Michelikala menyatakan nasionalisasi Alitalia dilakukan setelah pemilik sebelumnya, Qatar Airways dan Alisarda sepakat untuk melakukan likuidasi. Selain itu, nasionalisasi juga disebut terjadi karena kas Alitalia terus terkuras sekalipun sudah dapat injeksi modal 400 juta Euro.
Ketiga, Arsjad mencontohkan perusahaan swasta seperti Tata Group yang langsung mengambil alih Air India. Pengumuman akuisisi ini sudah disampaikan oleh Tata di situs resmi mereka pada 8 Oktober 2021.
Baca juga: KADIN Indonesia: Bonus Demografi Jadi Dilema di Indonesia
Lewat akuisisi ini, Tata kini menguasai 100 persen saham Air India (maskapai full service domestik dan internasional) dan 100 persen saham Air India Express (maskapai low cost carrier). Lalu, 50 persen dalam bentuk joint venture atas Air India STAS (layanan kargo bandara).
Keempat, Arsjad menyebut ada juga bentuk dukungan seperti pemberian tambahan kredit kepada maskapai berbiaya murah alias low cost carrier. Tapi dilansir dari Reuters, maskapai full services pun juga ikut dapat kredit yaitu seperti Korean Air Lines Co Ltd sebesar 1,2 triliun won (US$ 971 juta) dari bank pemerintah setempat.
Di luar maskapai penerbangan, Arsjad juga mencontohkan bentuk pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan kereta api di Florida, Amerika Serikat, lewat penerbitan obligasi. Dikutip dari sejumlah pemberitaan, nilainya disebut mencapai US$ 1 miliar.
Baca juga: KADIN Jelaskan Bahaya Thrifting, Sebut Kegiatan Ekonomi Ilegal
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi