Relokasi PKL Malioboro, Ciri Khas Jogja Akan Hilang

Reporter : Seno
images (15)

Optika.id - Rencana relokasi PKL (Pedagang Kaki Lima) di Jalan Malioboro oleh Pemerintah Provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) menuai pro dan kontra di masyarakat. Menurut Muchsin Abdullah salah seorang warga Sleman mengatakan, ciri khas Jogja akan hilang jika relokasi PKL itu benar-benar dilakukan.

"Malioboro sudah lama identik sebagai toserba (toko serba ada) dan jalanan terpanjang di dunia. Salah satu yang terpanjang jika bukan yang terpanjang," tutur pentolan Brigata Curva Sud (Suporter PSS Sleman) ini pada Optika lewat chat WhatsApp pada Sabtu (4/12/2021) malam.

Baca juga: Pengusaha Toko Malioboro Sepakat Percantik Jalan Malioboro

"Malioboro bahkan bisa disejajarkan dengan Kufürstendam di Berlin. Yang sama-sama toserba jalanan di Berlin, Jerman. Ketika saya dulu kuliah di sana, sering berjalan-jalan di Kufürstendam. Dan itu mirip dengan yang ada di Malioboro," imbuh alumnus Universitas Swasta di Jerman ini.

Uche, sapaan akrabnya menyebut, jika direlokasi menjadi satu di bekas Hotel Mutiara atau Bioskop Indra, maka ciri khas Malioboro akan hilang sebesar 90 persen. "Memang positifnya akan nampak rapi dan lebih teratur," tukas fans berat Liverpool ini.

Hal berbeda dikatakan oleh Rina Amalia seorang warga Kota Jogja, menurutnya relokasi PKL itu tak menjadi soal, sebab para PKL itu pasti patuh dengan apa yang sudah diatur.

"Mereka sudah tahu, terima aja Sultan yang nyuruh gimana lagi, mereka sudah ngerti mau dipindah. Jadi seperti di berita itu dibesar-besarkan saja," ujarnya pada Optika.

"Di Jogja santai nggak ada masalah. Memang sih ada pro dan kontra itu mah biasa. Teman saya PKL di Malioboro juga biasa saja nggak komplain, mau dipindahin asal ada tempatnya. Lebih rapi aja sih senang ngeliatnya ntar," tutur wanita yang juga berprofesi sebagai tour guide ini.

Baca juga: Pendorong Gerobak PKL Malioboro Adukan Nasib ke Pemkot Yogyakarta

"Mau dipindahin apa nggak mereka ya tetap bayar sewa tempatnya mas, setahu saya omzetnya dulu sebelum pandemi itu ratusan juta rupiah per tahun, omzet per hari ya jutaan pastinya," jelasnya.

Sementara itu, Adinda Izzah salah seorang warga Sidoarjo yang sering berlibur ke Jogja mengatakan, cukup sedih jika relokasi PKL Malioboro benar-benar dilakukan. Lantaran para PKL Malioboro dianggap sudah menjadi jujugan wisatawan dari mancanegara bila berkunjung ke Kota Jogja. "Ya dari dulu zaman saya SD sampai kemarin terakhir Minggu lalu, saya ke Jogja kalau mau nongkrong sembari minum kopi Joss yang isinya arang itu ya di Malioboro situ mas, jadi sedih sih kalau sampai bubar," tuturnya pada Optika.

"Tempatnya itu juga so sweet gitu mas, vibe-nya dapat kalau di Malioboro itu, kan ramai ya kalau ada PKL. Takutnya ntar ketika sudah direlokasi jadi sepi. Jadi nggak asyik lagi gitu loh, berasa kayak ada yang kurang bro," kata mahasiswi UIN Sunan Ampel ini.

Baca juga: Satpol PP Ultimatum PKL Malioboro, Terakhir Bereskan Lapak 8 Februari 2022

Diketahui, Pemerintah Provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) berencana akan memindahkan PKL (Pedagang Kaki Lima) yang kini berjualan di sekitar Jalan Malioboro. Sebagian pedagang itu bakal tempatkan dalam bangunan bekas Bioskop Indra, depan Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta. Sedangkan sebagian lain akan diminta berjualan di bangunan bekas Kantor Dinas Pariwisata DIY.

(Pahlevi)

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru