Israel Tekan Pertumbuhan Sepak Bola Palestina!

author Danny

- Pewarta

Kamis, 23 Mar 2023 23:40 WIB

Israel Tekan Pertumbuhan Sepak Bola Palestina!

Optika.id - Beberapa bulan jelang penyelenggaraan Piala Dunia U20 pada 20 Mei 11 Juni 2023, publik Indonesia terbelah dalam menyikapi kedatangan tim nasional sepak bola Israel. Ada yang menolak, ada yang menerima.

Baca Juga: Khofifah: Mari Perguruan Tinggi Berikan Beasiswa untuk Anak Palestina

Sebagian menyatakan, seharusnya olahraga tidak dicampuradukkan dengan politik. Para atlet Israel tidak ada urusan dengan kebijakan pemerintah. Mereka hanya bermain sepak bola dan tidak menarik kokang senjata terhadap rakyat Palestina.

Pendapat ini terlihat benar, namun naif. Wartawan James Montague dalam bukuWhen Friday Comesmenyebut pemisahan entitas politik dan olahraga adalah gagasan salah kaprah.Football is politics in the same way music is politics, or art, or film, katanya, Kamis (23/3/2023).

Sepak bola, menurut Montague, adalah ekspresi jiwa dalam dentuman primordialitas. Bahkan sepak bola berpengaruh dalam pergolakan politik yang mempengaruhi sebuah wilayah. Dan inilah yang terjadi antara Palestina dan Israel.

Selama puluhan tahun, Israel menggunakan olahraga sebagai cara untuk menaikkan reputasi dan mendapatkan pengakuan dunia, dengan mengabaikan pelanggaran hak asasi dan politik apartheid terhadap rakyat Palestina. Mereka memanfaatkan keberpihakan FIFA terhadap pemerintahan Zionis Israel yang didukung Inggris.

Sejak awal berdiri di atas negara orang, Israel tak memberikan kesempatan kepada sepak bola Palestina untuk berkembang. Tahun 1964, pemerintah Israel membubarkan kompetisi-kompetisi independen dan menangkap para penyelenggaranya. Israel mencurigai mereka sedang membangun fondasi organisasi perlawanan. Zionis hanya menoleransi warga Arab Palestina bergabung dengan klub sepak bola bikinan Israel, seperti Hapoel dan Maccabi.

Pendirian klub-klub sepak bola di antara warga Arab di Israel dianggap sebagai dosa tak terampuni oleh pemerintahan militer dan para kroninya, tulis Tamir Sorek dalam Palestinian Nationalism Has Left The Field: A Shortened History of Arab Soccer in Israel [2003].

Baca Juga: Bela Palestina, Mahasiswa Unair Gelar Aksi Solidaritas

Israel memanfaatkan sepak bola untuk memadamkan nasionalisme warga Palestina. Sementara para politisinya memanfaatkan klub-klub sepak bola untuk menarik dukungan warga Palestina. Bahkan identifikasi kelas masyarakat dimainkan: Hapoel identik dengan masyarakat kelas menengah atas dan Maccabi identik dengan masyarakat kelas bawah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sorotan internasional terhadap Israel pada dekade 1980-1990 menyebabkan tekanan terhadap dunia olahraga Palestina agak berkurang. Liga sepak bola muslim dibiarkan berdiri, namun berstatus amatir. Tim nasional Palestina pun mulai bermain di arena internasional. Namun mereka tak dibiarkan sepenuhnya bebas.

Tim nasional sepak bola pantai Palestina gagal mengikuti Asian Beach Games atau Pekan Olahraga Pantai Asia, setelah dilarang terbang ke Vietnam pada 2016. Otoritas Israel menghentikan 14 orang anggota tim untuk melintasi perbatasan Erez.

September 2019, otoritas Israel tak mengizinkan sebagian besar pemain tim Khadamat Rafah asal Gaza melawan Balata FC di Tepi Barat, dalam pertandingan final Liga Palestina. Pemenang pertandingan ini akan menjadi wakil Palestina dalam Liga Champions Asia. Perjalanan dari Gaza ke Tepi Barat harus melintasi wilayah Israel dan otoritas Israel menyebut sebagian pemain sepak bola itu memiliki keterkaitan dengan terorisme.

Baca Juga: Kampus Muhammadiyah se-Indonesia Gelar Demo Bela Palestina

Desember 2022, Aljazeera melaporkan, tentara Israel menembak mati Ahmed Daraghmeh, pesepakbola klub Thaqafi Tulkarem yang berusia 23 tahun saat menyerbu Kota Nablus. Alasan: tidak jelas. Namun sepekan sebelumnya, tentara Israel menembak kepala seorang gadis Palestina berusia 16 tahun, Jana Majdi Zakarneh, di Kota Jenin, Tepi Barat, saat tengah bermain dengan kucing kesayangannya. Kita tentu bertanya-tanya teror apa yang ditimbulkan seorang bocah dan seekor kucing, atau pesepakbola yang sudah mencetak enam gol di Liga Tepi Barat.

Dengan panjangnya catatan buruk itu, tak ada alasan untuk tidak melarang Israel ikut serta dalam pertandingan sepak bola resmi internasional. Palestina berkali-kali mendesak FIFA menjatuhkan sanksi.

Namun rupanya FIFA lebih berhasrat membekukan keanggotaan Rusia yang menginvasi Ukraina. Praktis prinsip FIFA yang memisahkan sepak bola dengan politik dan slogan kick politics out from football yang disukai sebagian fans sepak bola Indonesia tak bergema dan hanya menyisakan hipokrisi.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU