Optika.id - Ketua DPP KNPI, Laode Umar Bonte, memberikan klarifikasi mengenai video yang viral di akun media sosialnya yang dikritik oleh sejumlah pihak karena dianggap rasis terhadap bakal calon presiden Anies Baswedan. Umar Bonte menjelaskan bahwa dia tidak pernah bermaksud untuk menyinggung isu rasis melalui video tersebut.
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
"Dalam video yang beredar, kami tidak pernah bermaksud untuk menyuarakan rasisme. Sebaliknya, kami ingin mengingatkan bahwa dalam panggung politik ke depan, tidak boleh ada isu rasis, penghinaan, atau manipulasi terhadap seseorang berdasarkan potensinya. Tentu saja kita dapat menjadi presiden atau mencapai apapun, itu sah-sah saja, tetapi saya bisa menyampaikan preferensi politik saya secara demikian," ujar Umar Bonte saat dilansir detikcom pada Jumat (12/5/2023).
Umar Bonte mengakui bahwa Anies adalah seorang warga negara Indonesia yang memiliki hak untuk mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden. Namun, dia juga menyatakan bahwa dia tidak memilih Anies.
"Pak Anies adalah seorang warga negara Indonesia, dan dia memiliki haknya sendiri. Tidak ada masalah dengan Pak Anies, tapi saya memilih untuk tidak mendukungnya, begitu," katanya.
"Dalam intinya, harapan saya dalam video yang beredar adalah agar tidak ada tindakan menghina atau merendahkan suku bangsa. Itu tidak diperbolehkan. Namun, hak Anies untuk maju sebagai calon presiden adalah haknya dan diatur dalam undang-undang. Tidak ada penghinaan atau perkataan negatif. Dalam kontestasi demokrasi, menghina dan merendahkan suku bangsa tidak diperbolehkan karena itu melanggar undang-undang," jelasnya.
Umar Bonte menekankan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk memilih tokoh berdasarkan preferensi politik masing-masing. Ia menggarisbawahi bahwa ada banyak tokoh terbaik bangsa lainnya yang juga diakui.
"Bagi saya, Anies Baswedan adalah seorang warga negara Republik Indonesia dan dia adalah seorang bangsa Indonesia. Jadi, janganlah menganggap bahwa saya tidak mengakui Anies Baswedan sebagai bangsa Indonesia, karena saya mengakui beliau," tegasnya.
"Tetapi, ada pilihan tokoh terbaik lainnya. Ada banyak putra terbaik Indonesia, seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Tetapi, dalam preferensi politik saya, siapa yang dianggap sebagai putra terbaik bangsa? Begitu, bukan berarti yang lain tidak baik atau bukan bangsa Indonesia. Jadi, janganlah membuat keributan hanya karena perbedaan pemikiran," tambahnya.
Umar Bonte menegaskan bahwa dia tidak memilih Anies bukan karena alasan tertentu. Dia menjelaskan bahwa dia sama sekali tidak menganut prinsip rasis.
Baca Juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!
"Kalau kita menyampaikan bahwa saya tidak ingin memilih kamu, saya tidak ingin memilih seseorang, itu kan pilihan saya, bisa saya pilih karena dia ganteng, bisa saya pilih dia karena dia putih, karena dia cerdas. Jadi itu pilihan pilihan kita, bukan karena kita rasis, bukan berarti kita memilih yang lebih pintar karena yang lain bodoh, enggak, bukan begitu logika berpikirnya, bukan kita rasis, saya memilih orang karena dia ganteng, bukan yang lain jelek, bukan, bukan begitu," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Saya tidak memilih Anies bukan karena kewarganegaraannya, bukan begitu logikanya, hanya saja dalam video itu penjelasannya tidak lengkap karena durasinya singkat," ujar Umar Bonte.
Namun, Umar meminta maaf jika ada orang lain yang merasa terganggu dengan video tersebut. "Jika ada orang yang merasa terganggu dengan video ini, saya meminta maaf. Namun, kami tidak pernah mengatakan hal yang salah dalam video tersebut," kata Umar.
Berikut ini adalah pernyataan lengkap Umar Bonte dalam video yang beredar tersebut. Video ini juga diunggah di akun TikTok Umar Bonte @UmarBonte_official.
Sebagai Ketua Umum DPP KNPI secara tegas dan lugas saya tidak ingin Anies Baswedan menjadi presiden republik Indonesia yang harus memimpin putra putra terbaik bangsa ini. Bangsa ini sudah memberikan ruang yang begitu besar kepada Anies Baswedan, sudah diberi kesempatan untuk menjadi menteri, pernah diberi kesempatan untuk menjadi gubernur, itu cukup dalam pentas politik tanah air, tapi kalau sampai meminta ingin jadi ini terlalu berlebihan. Biarkanlah putra putra bangsa Indonesia sendiri yang menjadi presiden republik Indonesia. Saya setuju Anda lahir dan besar di sini, tapi Belanda menjajah republik Indonesia selama 350 tahun, mereka memiliki anak cucu dan lahir di sini. Mereka tetap saja penjajah dan tetap saja bukan bangsa Indonesia, Belanda juga datang di Indonesia mengaku jadi pahlawan, ingin menyelamatkan ekonomi bangsa Indonesia, tetapi mereka tetap saja bukan putra putra asli bangsa Indonesia.
Baca Juga: Tokoh Masyarakat Ingin Anies Terus Jadi Pemimpin Perubahan untuk Indonesia
Karena itu saya meminta kepada seluruh pemuda Indonesia seluruh bangsa Indonesia, seluruh rakyat Indonesia berilah kesempatan terbaik untuk memimpin bangsa ini dari putra bangsamu sendiri, Prabowo oke, Ganjar Pranowo oke. Jangan karena terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta lalu kemudian menjadi kepedean mau jadi presiden juga.
Jangan, Anda menjadi gubernur DKI Jakarta bukan karena komunitas yang kuat di situ, bukan karena kontestasi politik kemarin, mendorong dorong agama, memaksa maksa agama, kemudian melahirkan Anies Baswedan menjadi gubernur, tetapi untuk menjadi presiden, jangan jugalah.
Bangsa Indonesia ini terdiri dari beberapa bangsa-bangsa yang memang memiliki leluhur yang asli, Papua memiliki leluhur, Kalimantan memiliki leluhur, Jawa memiliki leluhur, Sumatera memiliki leluhur, leluhur-leluhur inilah menjadi putra bangsa asli yang harusnya diberikan kemenangan untuk memimpinnya.
Saya berilustrasi Anda boleh saja lahir dan besar di rumah saya, tetapi untuk menjadi tuan rumah di rumah saya tidak mungkin saya akan berikan kesempatan itu, tidak logis namanya. Anda boleh saja memiliki orang tua atau mengaku memiliki orang tua menjadi pahlawan negara ini, tetapi untuk menjadi presiden sadar diri, jangan, ini yang saya ingin menggugah. Terima kasih. Assalamualaikum
Editor : Pahlevi