NasDem Tanggapi Monolog Butet yang Sindir Bakal Capres: Gak Usah Ditanggapi

author Eka Ratna Sari

- Pewarta

Senin, 26 Jun 2023 18:02 WIB

NasDem Tanggapi Monolog Butet yang Sindir Bakal Capres: Gak Usah Ditanggapi

Optika.id - Partai Nasdem menganggap bahwa pantun yang dibacakan oleh Butet Kertaredjasa yang hanya menggoda bakal calon presiden selain dari PDIP tidak perlu ditanggapi.

Baca Juga: NasDem Jatim Gelar Rakorwil: Panaskan Mesin untuk Kemenangan Khofifah-Emil

Ketua DPP Partai Nasdem, Effendi Choirie atau Gus Choi, meragukan predikat budayawan yang diberikan kepada Butet. Menurutnya, seorang budayawan sejati seharusnya tidak bersikap partisan seperti seorang buzzer.

"Tidak perlu ditanggapi. Mungkin dia juga seorang buzzer sehingga ucapannya tercium aroma politik," tegas Gus Choi dalam pernyataannya pada Senin (26/6/2023).

Menurut Gus Choi, seniman yang masih asli biasanya memberikan kritik tanpa pandang bulu, artinya tidak memilih objek yang dikritik. Namun, dalam pantun yang dibacakan oleh Butet dalam acara Bulan Bung Karno (BBK) 2023, Butet justru tidak mengkritik PDIP.

"Seorang seniman yang masih asli, apalagi seorang budayawan, perkataannya berasal dari hati nuraninya. Tujuannya adalah untuk memberikan kritik, untuk kebaikan. Namun, perkataan Butet ini lebih seperti kekuasaan," keluhnya.

"Biarkan dia berbicara, tidak perlu kita merespons, karena itu memiliki aroma politik kelompok," demikian Gus Choi.

Butet Kertaredjasa membacakan pantun tersebut dalam acara Bulan Bung Karno (BBK) 2023 yang diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada Sabtu (24/6/2023).

Baca Juga: Surya Paloh Kembali Jadi Ketum, Ingin Kader Tak Ganggu Parpol Lain!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berikut adalah pantun yang dibacakan oleh Butet:

Di sini semangat meneruskan, di sana ingin perubahan. Itulah persaingan yang sebenarnya.

Di sini menyebut banjir, di sana menyebut air yang kotor. Ya, begitulah jika pikirannya terbatas.

Baca Juga: Anies Saat di Kongres NasDem: Ada Kalanya Bersama, Ada Kalanya Tidak!

Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat ditambah daging empal. Seseorang sedang diawasi oleh KPK karena mencuri, tapi mengapa teriak-teriak ingin menjegal.

Jagoan Pak Jokowi rambutnya beruban, bekerja keras sampai putar balik. Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih jika kelak ada presiden yang hobinya menculik.

Cucu komodo merayap menjadi kadal, tidak enak dimasak meskipun menggunakan santan. Jika seorang pemimpin hanya berorientasi pada transaksi, maka dia bukanlah contoh dari seorang negarawan.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU