Trengginas Sebagai Oposisi, PDIP Akan Goyahkan Rezim Selanjutnya?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Kamis, 29 Feb 2024 09:02 WIB

Trengginas Sebagai Oposisi, PDIP Akan Goyahkan Rezim Selanjutnya?

Surabaya (optika.id) - Tekad PDIP kian tebal untuk berkubu di barisan oposisi. Pasalnya, maneuver Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggandeng Partai Demokrat untuk menjadi bagian dari koalisi parpol pendukung pemerintah dengan mengangkat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) di Istana Negara, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Direktur Eksekutif Indonesian Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menyebut jika situasi itu akan cenderung membawa PDIP sebagai oposisi. Megawati akan sulit untuk bersama Jokowi, Prabowo dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam satu kubu. Alhasi, relasi personal yang buruk tersebut akan membawa kapal PDIP berlabuh ke dermaga yang berseberangan dengan mereka.

Baca Juga: Sudirman Said: Saya Prediksi JK dan Mega Bertemu Setelah Putusan MK

Untuk diketahui, setelah hengkang dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Partai Demokrat pada Pilpres kali ini turut mengusung pasnagan Prabowo-Gibran yang di-endorse dan di-support oleh Jokowi di belakang layar. Menurut analisis Dedi, langkah mengankat AHY sebagai menteri diambil oleh Jokowi sebagai balas jasa atas dukungan Demokrat kepada Prabowo-Gibran serta upaya untuk menggembosi hak angket kecurangan pemilu bergulir di DPR.

Alhasil, kata Dedi, PDIP semakin tak nyaman dibuat Jokowi dengan memasukkan Demokrat di pengujung pemerintahannya. PDIP, di tingkat nasional, tidak pernah berada dalam satu gerbong koalisi dengan Demokrat. Hal ini diketahui sejak Pilpres 2004, Megawati dan SBY tidak pernah akur.

PDIP menurut Dedi akan lebih diuntungkan apabila berada di kubu oposisi pada era pemerintahan Prabowo-Gibran nanti. pasalnya, PDIP memiliki rekam jejak yang apik dalam menjadi oposisi selama dua periode pemerintahan SBY. Di luar efek elektabilitas Jokowi, citra oposisi yang trengginas di DPR membuat PDIP banjir simpati publik dari pemilu ke pemilu.

"Publik melihat bagaimana PDI-P jauh lebih lantang dibanding oposisi pada periode Jokowi sehingga, menurut saya, akan lebih mudah bagi PDI-P untuk menarik simpati publik yang sebagian hilang di Pemilu 2024," ucap Dedi.

Dedi menegaskan, eksistensi PDIP sebagai oposisi sangat penting untuk bisa menjaga keseimbangan di parlemen. Apalagi, parpol-parpol lain yang jagoannya kalah di Pilpres 2024 yakni PKB, PKS, PPP dan Partai Nasdem masih belum berani menunjukkan sikap yang tegas terhadap keberpihakan mereka.

"Dengan komposisi suara terbesar di DPR (versi real count KPU) dan selisih tidak jauh dari Golkar yang ada di pemerintah, PDI-P jelas akan memberikan keseimbangan bagi jalannya pemerintahan ke depan," kata Dedi.

Baca Juga: Korupsi APD Kemenkes, Anggota DPR Ihsan Yunus Diperiksa KPK

Sementara itu, sejauh ini PDIP berdasarkan rekapitulasi KPU telah mengantongi 16,54% dukungan suara. Sementara Partai Golkar bercokol di urutan kedua dengan perolehan suara sebanyak 15,01%. Disusul oleh Partai Gerindra dengan perolehan 13,36% suara. Adapun total suara yang masuk sudah 64,72%.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Senada, menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro, berada di barisan oposisi merupakan pilihan dan posisi yang tepat bagi PDIP pasca Pemilu 2024 ini. Dia sepakat bahwa relasi antara Megawati dan Jokowi bakal susah diperbaiki setelah AHY diangkat Jokowi jadi menterinya.

Agung menilai jika PDIP terkenal lantaran disiplin yang ketat dalam visi berpartainya. Apabila kalah dalam pilpres, maka PDIP secara tegas dan tak segan-segan mengambil sikap sebagai oposan. Di sisi lain, Megawati juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga marwah partainya usai Jokowi membelot dengan tanpa etika itu.

"Bila tidak beroposisi, di masa mendatang, perihal ini (pembelotan Jokowi) bisa menjadi preseden bagi kader-kader lain untuk (membenarkan) posisi bermain dua kaki," kata Agung kepada Optika.id, Rabu (28/2/2024).

Baca Juga: Megawati Ajukan Amicus Curiae: Semoga Ketok Palu MK Bukan Palu Godam, Tapi Palu Emas!

Bahkan, Agung menilai jika karena kuatnya solidaritas dan prinisp mereka, bukan tidak mungkin PDIP bakal menjadi oposisi tunggal di parlemen. Pasalnya, parpol-parpol pendukung AMIN sedang digoda dan dirayu untuk merapat ke koalisi pengusung Prabowo-Gibran yang hampir pasti memenangi Pilpres 2024 ini.

"Kalau sebagian besar merapat, misalnya, Nasdem, PKB, PKS atau bahkan semuanya, maka kekuatan oposisi sangat minimalis. Dalam artian, keoposisian PDI-P tak signifikan menjalankan mekanisme check and balances," ucap Agung. 

 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU