Mao Zedong dan Burung Pipit

Reporter : optikaid
Mao Zedong dan Burung Pipit

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="128"] Ruby Kay[/caption]

Great Leap Forward alias lompatan jauh kedepan. Itulah visi Mao Zedong tatkala jadi pemimpin besar Republik Rakyat Tiongkok diera tahun 1950-an. Namun boro-boro bisa melompat, negerinya malah nyungsep kecomberan. Semua itu terjadi karena Mao Zedong salah mengeluarkan kebijakan. Dan pada akhirnya menyebabkan 80 juta rakyat tewas seketika. 

Baca juga: Serba-serbi Imlek: Makna dan Simbolisme Manisan Tanghulu

Tahun 1958-1962, terjadi wabah kelaparan masif di China. Kok bisa? Karena tidak ada beras, panen gagal akibat padi diserang hama belalang. Yup, semua berawal dari instruksi Mao yang mewajibkan rakyat diseluruh negeri membasmi burung pipit. Bahkan pemerintah komunis China menyediakan reward buat setiap warga yang berhasil membunuh burung pipit. 

Kebijakan itu dikeluarkan Mao tahun 1958. Mao Zedong beranggapan kalau burung pipit adalah hewan yang suka memakan bulir padi. Padahal Mao berambisi ingin menjadikan China sebagai lumbung beras. Jadi apapun yang menghalangi visinya mesti diberantas. Maka dalam tempo sekejap, ratusan juta burung pipit di Tiongkok tewas dibantai, sarangnya dirusak. 

Burung pipit tetiba jadi enemy of the state. Entah apa yang mendasari Mao bertindak gila seperti itu. Apakah ia tak punya menteri atau staf ahli  yang paham ilmu biologi? Apakah ia sadar kalau baru saja merusak keseimbangan ekosistem dinegerinya sendiri? Ah, Mao terlalu jumawa, dikultuskan oleh rakyat membuatnya jadi besar kepala. 

Baca juga: Kemenkes Tegaskan Pneumonia China Tak Akan Jadi Pandemi Baru di Indonesia

Burung pipit memang mengkonsumsi biji-bijian. Dan salah satu yang jadi favoritmya adalah bulir padi. Namun tak cuma itu, burung pipit juga memakan hama tanaman seperti ulat daun dan belalang. Akibat predator alaminya dibantai secara besar-besaran, populasi belalang bertambah banyak yang pada akhirnya merusak tanaman padi itu sendiri.

Produksi beras seantero Tiongkok langsung jeblok. Cerita pilu tentang wabah kelaparan dimulai. 80 juta orang diperkirakan tewas, kanibalisme terjadi dimana-mana. Anak memakan mayat orang tua atau sebaliknya, hanya untuk bertahan hidup. 

Baca juga: Jajanan Tumis Batu Khas China, Ini Asal Mulanya

Hingga kini, The Great Famine (wabah kelaparan dahsyat) tahun 1958-1962 menjadi topik yang tabu untuk dibicarakan di Tiongkok. Mao Zedong tetap dielu-elukan sebagai bapak bangsa. Fotonya dipajang dilapangan Tiananmen. Ia dicitrakan mampu membawa China melakukan 'lompatan besar'. Fakta historisnya, ia kejam, brutal, tak mau  mendengar. Menteri dan ahli biologi yang mencoba merevisi kebijakannya untuk memusnahkan burung pipit malah dijatuhi hukuman mati.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Kamis, 12 Sep 2024 00:47 WIB
Berita Terbaru