Mahasiswa Cipayung Plus Temui Jokowi, Rocky Gerung: O Tempora! O Mores! Apa Artinya?

Reporter : Seno
IMG-20220325-WA0003

Optika.id - Pengamat politik Rocky Gerung turut merespons terkait pertemuan Mahasiswa Cipayung Plus dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Rabu (22/3/2022). Dia mengatakan bahwa, ada anak muda yang bertemu dengan Presiden dan memuji-muji presiden itu namanya 'O Tempora, O Mores'."

"Hari ini (kemarin, red) sebagai 'Kamis Miris'. Karena setidaknya ada tiga isu politik yang muncul ke permukaan selaras dengan ungkapan Cicero yaitu O Tempora, O Mores. Memburuk karena tak ada lagi patokan tentang moralitas, tentang etika politik. Artinya waktu mengalir dan kelakuan memburuk! Itu yang terjadi di kita setelah 2000 tahun Cicero mengucapkan itu," imbuh Rocky Gerung seperti dikutip Optika.id dalam videonya bersama Jurnalis Senior Hersubeno Arief, berjudul 'GAK NYAMBUNG! DIMINTA TANGKAP MAFIA MIGOR. JOKOWI MALAH KETEMU PETANI SAWIT' di channel Rocky Gerung Official, Jumat (25/3/2022).

Baca juga: Rocky Gerung Jelang Putusan MK, Tangan Tuhan Ada Disana!

Sebelumnya, Hersubeno menyebut, tiga fenomena politik yang telah terjadi, antara lain:

1. Fenomena Pertemuan Mahasiswa Cipayung plus (PB HMI, PP GMKI, PB PMII, PP PMKRI, PP KMHDI, DPP IMM, PP HIKMAHBUDHI, LMND, PB PII, HIMA PERSIS, PP KAMMI dan DPP GMNI) dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, dan berujung pada empat pernyataan;

2. Haris Azhar Melaporkan Balik Luhut Binsar Pandjaitan Atas Dugaan Gratifikasi;

3. Bertemu Petani Sawit, Presiden Jokowi Bahas Strategi Atasi Kelangkaan Minyak Goreng dan Sederet Pernyataan Kontroversi Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi Soal Kelangkaan Minyak Goreng.

Isu tersebut, dinilai Rocky, sebagai situasi politik seperti awal abad Masehi di Romawi seperti yang dikatakan Cicero. Sebuah gambaran politik yang tak ada lagi patokan moralitas, etika politik.

Kelakuan memburuk karena nggak ada lagi patokan moralitas, etika politik. Sementaa itu beberapa anak muda yang lain sedang berkelahi dengan kekuasaan, seperti Haris dan Fatia itu anak muda yang berani untuk berhadapan dengan kekuasaan, paparnya.

4 Poin Mahasiswa Cipayung Plus Setelah Bertemu Jokowi

Hersubeno Arif kemudian membacakan empat poin yang diucapkan oleh Mahasiswa Cipayung Plus saat menggelar Jumpa Pers antara lain:

1. Rumah Kebangsaan Cipayung Plus untuk merawat semangat kebangsaan;

2. Cipayung Plus Membersamai pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) sebagai Legacy Presiden Jokowi, yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia;

3. Stabilitas harga komoditi dan itu disambut oleh Presiden Jokowi;

4. Terhormat dan bangga bisa bertemu dengan Presiden karena biasanya hanya melihat di media atau media sosial, dan hari ini mendapat energi positif dari kepemimpinan pak Jokowi yang sungguh luar biasa;

Rocky Gerung pun menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum sinis, ketika menyimak rilis dari Mahasiswa Cipayung Plus yang dibacakan oleh Hersubeno Arif.

Dia menjelaskan, kelompok-kelompok semacam itu memang selalu ada, dan menjadi sebuah variabel dalam teori sosiologi, politik hingga perubahan sosial. Karena hal tersebut merupakan pertanda moralitas telah ambruk.

Memang dalam teori politik maupun ilmu sosiologi, teori perubahan sosial memang harus ada kelompok semacam ini sebagai tanda bahwa moralitas sudah runtuh, tukasnya.

Dia melanjutkan dengan kalimat satire, "mungkin beberapa waktu lagi ada headline kelompok Cipayung akan berkemah di IKN, kan mereka ini anak-anak muda, jangan yang sudah uzur-uzur aja yang kemah."

Hal itu, diungkapkan Rocky sebagai bentuk teguran publik, agar para mahasiswa ini tidak ikut-ikutan menjadi suara kekuasaan. Karena moralitas mereka dididik untuk melihat kekuasaan dengan perspektif akademis yang kritis dan mengambil jarak dengan kekuasaan.

Mahasiswa dididik untuk melihat kekuasaan dengan kacamata akademis dengan potensi etis dan kacamata kritis. Seharusnya ambil jarak dengan kekuasaan. Itu adalah pesan dari Cicero. Jadi bisa-bisa kelompok Cipayung ini bukan lagi jadi leader tapi jadi dealer, ya nyalo itu. Saya nggak tahu yang disebut Cipayung plus itu, kalau plusnya Integritas tentu tidak. Karena tidak ada tradisi mahasiswa berkunjung ke kekuasaan pulang dengan ceria, herannya.

Keterkaitan LSM Indonesia dengan LSM Internasional

Baca juga: Tak Terima Disindir, Hotman Paris Hutapea Tantang Rocky Gerung Tinju!

Kedua, kata Rocky, terkait Haris Azhar yang melaporkan balik Luhut Pandjaitan atas dugaan gratifikasi. Menurutnya, ada yang tidak diamati secara cermat oleh lawyer-lawyer Luhut yaitu keterkaitan jaringan LSM Indonesia dengan LSM Internasional.

"Mereka nggak paham kalau LSM Indonesia itu bagian dari jaringan LSM Dunia, dan kita sepakat bahwa proses ini harus dibuka sampai sedetil-detilnya titik koma dalam dukumen yang dibawa Haris Azhar itu akan jadi perhatian Lawyer-lawyer dunia. Dan mereka bersiap untuk membackup membersihkan Papua dari kepentingan bisnis dengan modus operasi militer, terang mantan dosen Universitas Indonesia ini.

Sehingga, lanjutnya, hanya menganggap ini hanya kasus pencemaran nama baik. Padahal latar isunya adalah tentang Papua. Padalah Isu Papua saat ini sedang hangat diamati oleh publik internasional.

Lawyer-lawyer pak Luhut ini konyol, karena tidak mampu membaca global political ekonomi. Di situ berhimpun kepentingan-kepentingan politik hijau, enveromentalisme aktivis dan seterusnya," tandas Rocky.

Pertemuan Jokowi dengan Petani Sawit

Ketiga, lanjutnya, terkait pertemuan dengan petani Sawit, Jokowi bahas strategi atasi kelangkaan minyak goreng dan sederet pernyataan kontroversi Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, soal kelangkaan minyak goreng, Rocky mengajak mengeksplorasi abstraksi publik. Dia menjelaskan, "bayangkan menteri sudah lempar handuk, dan minta Jokowi sebagai bosnya itu mengatasi persoalan, kalau tidak dia dipermalukan terus."

"Sedangkan dilema berikutnya adalah, kalau minta mundur pak Lutfi akan ditekan lagi, jangan mundur karena anda adalah proxy kami di kabinet, kira-kira begitu pikiran pemain utama sawit-sawit ini," imbuhnya.

Sehingga rocky menilai, pada akhirnya Lutfi masuk dalam jebakan oligarki. Kalau mundur itu artinya akan banyak komplikasi, tapi kalau tetap bertahan-dia akan ditekan oleh publik. "Sedangkan Jokowi nggak peduli soal itu tuh, imbuhnya.

Rocky mengajukan hipotesa, kenapa jokowi tidak mampu menghadapi mafia, yah satu-satunya keterangan, mafia itu di atas Jokowi yang kita sebut teori oligarki itu."

Dia menjelaskan dalam teori oligarki memang Jokowi juga susah untuk mengatasinya. "Karena dia sendiri diasuh oleh mafia ini, begitu jalan pikiran publik ya, bukan saya menuduh, katanya.

Baca juga: Diskualifikasi Prabowo, Rocky: Uji Kekuatan Jokowi Vs Rakyat

Pada gilirannya, kata Rocky, agar Presiden Jokowi terkesan menguasai masalah maka Presiden menemui petani sawit. "Padahal petani sawit kan juga konsumen minyak goreng, yang setiap kali harus ke pasar untuk mencari harga yang masuk akal. Itu juga disebut O Tempora, O Mores! Kok semua memburuk ya. Kekacauan koordinasi, dan ketidakmampuan konseptual dari Presiden membuat seluruh reaksi Istana menjadi konyol aja," sebutnya lagi.

Hal yang justru banyak luput dari amatan para analisis, menurut Rocky, bahwa akan berujung pada runtuhnya kekuasaan ketika oligarki menemukan cara untuk membatalkan dukungannya kepada kekuasaan.

"Jadi kekacauan ini kalau kita simpulkan, jadi diam-diam ini diintai oleh oligarki ini peluang-peluang untuk membatalkan segala macam dukungan, dan itu menakutkan Presden. Kalau dukungan oligarki ini dicabut dalam 2 hari ini kekuasaan bisa langsung runtuh itu, karena semua rahasia bisa dibuka, bebernya.

O Tempora O Mores!

Diketahui, ungkapan Cicero O Tempora, O Mores melukiskan pandangannya mengenai situasi politik di awal abad Masehi di Romawi, sebagai masyarakat yang tidak karuan, tanpa pegangan moral, corrupted, dan dunia politik yang sarat dengan iri hati, saling menjatuhkan, penuh kebohongan.

"O tempora! O mores!" Itu adalah kata pembukaan orasi dari senator Cicero saat berdebat melawan Catilina, seorang politikus Roma di hadapan Senat Romawi tahun 63 SM. Oh zaman apakah ini! Akhlak macam apakah ini! Kutipan lengkapnya seperti ini: O tempora! O mores! Senatur haec intellegit, consul videt; hic tamen vivit. Vivit? Immo vero etiam in senatum venit, vit publici consili particeps, notat et designat oculis ad caedem unum quemque nostrum. Nos autem, fortes viri, satisfacere rei publicae videmur, si istius furorem ac tela vitamus. Ad mortem te, Catilina, duci iussu consulis iam pridem oportebat, in te conferri pestem, quam tu in nos machinaris.

Artinya: Oh, zaman apakah ini! Oh, akhlak macam apakah ini! Senat sudah mengetahuinya, Konsul sudah melihatnya; namun orang ini (Catilina) masih juga hidup. Dia itu sungguh hidup? Ya, dia bahkan datang ke Senat, dia ikut serta merumuskan kebijakan publik, dengan pandangan matanya dia mencatat dan menentukan setiap orang dari kita semua untuk dibunuhnya. Sementara kita ini, orang-orang yang gagah berani, tampaknya sudah puas dengan mengurus kepentingan umum apabila kita berhasil menghindari kegilaan dan senjata orang ini. Dan engkau, Catilina, seharusnya sudah sejak lama, atas perintah Konsul, bencana kematian yang telah kau rancang untuk kami semua, ditimpakan kepadamu, seperti dikutip Optika.id dari Proverbia Latina, Jumat (25/3/2022).

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo 

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru