Review Film Doctor Strange In The Multiverse of Madness

Reporter : Mei Nurkholifah
Review Film Doctor Strange In The Multiverse of Madness

Optika.id - Doctor Strange in the Multiverse of Madness akhirnya tayang juga mulai 5 Mei 2022 di bioskop tanah air. Film terbaru Marvel Cinematic Universe ini sudah lama ditunggu-tunggu oleh para penggemar, Minggu (8/5/2022).

1. Doctor Strange in the Multiverse of Madness kisahkan usaha menjaga keselerasan multisemesta sembari melawan 'teman' sendiri

Baca juga: Jenis 3 Kelompok Tukang Kritik Film, Kamu Masuk yang Mana?

Review Doctor Strange in the Multiverse of Madness, Laga Campur Horor!Doctor Strange in The Multiverse of Madness. Film ini melanjutkan kisah Doctor Strange usai Avengers: Endgame (2019) dan Spider-Man: No Way Home (2021). Sudah disinggung di film Spider-Man, kali ini Stephen Strange akan lebih jauh menyelami multisemesta alias multiverse.

Teorinya, ada berbagai semesta lain yang dihuni orang-orang yang mirip dengan di dunia kita. Namun, kondisi di berbagai universe ini juga sangat berbeda dengan dunia yang kita tinggali sekarang. America Chavez adalah seorang remaja yang memiliki kekuatan untuk berpergian dari satu semesta ke semesta lainnya.

Saking berharganya kekuatan America Chavez ini, Wanda Maximoff alias Scarlet Witch jadi tergiur. Ia ingin memiliki superpower tersebut, demi mencapai impian yang pupus seperti diceritakan di series WandaVision (2021).

Tak hanya tantangan dari sang mantan Avengers itu saja, Doctor Strange juga harus berhadapan dengan tokoh-tokoh dari universe lain yang ditemuinya selama berusaha menyelamatkan keutuhan dunia. Michael Waldron, penulis skenario serial Loki (2021) ditunjuk sebagai penulis naskah untuk film Doctor Strange in the Multiverse of Madness.

2. Berhasil sajikan petualangan audio visual yang mengguncang

Misi mereka tampak cukup berhasil di film MCU terbaru ini. Didukung dengan visual effect top, Doctor Strange 2 membawa penonton melihat dan 'mengalami' berbagai universe berbeda. Meski begitu, penggemar film yang pernah menonton karya-karya Sam Raimi sebelumnya juga bisa merasakan ciri khas dari presentasi gambar dan tone warna dalam film ini.

Sejak awal pun film ini sudah digempur dengan berbagai laga keren. Pertarungan demi pertarungan terasa memanjakan para penggemar film action.

Tak hanya visual, musik yang dipakai pun sangat mendukung dalam membangun suasana Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Dikepalai oleh komposer Danny Elfman, ada unsur rock hingga orkestra yang tersaji pas nan apik sepanjang film. Sayangnya, musik tema dari film Doctor Strange pertama yang ikonik justru tak terlalu dominan di sekuelnya ini.

3. Perkawinan unik genre action superhero dengan horor

Baca juga: Kritik Film Tak Sekadar Jadi Penghakiman Baik dan Buruk

Sebelum diingat sebagai sutradara film Spider-Man (2002) dan sekuelnya yang melegenda, Sam Raimi sudah lebih dulu sukses sebagai sutradara film horor. Tak heran jika unsur thriller dan horor juga turut dituangkan dengan apik dalam film Doctor Strange 2.

Terasa vibes yang mengingatkan penonton pada sejumlah film horor hits buatannya. Sebut saja Evil Dead dan Drag Me to Hell.

Apalagi dua tokoh utama di film ini memiliki kekuatan yang berkaitan dengan sihir. Elemen horor tampak mudah masuk dan ikut bikin deg-degan! Adegan pertarungan dan teror mencekam seolah bergantian bikin penonton tegang sejak awal durasi. Jujur, saya sempat beberapa kali melompat di kursi saking kagetnya.

4. Akting luar biasa dari para ensemble cast, terutama Elizabeth Olsen sebagai Scarlet Witch

Selain Xochitl Gomez, jajaran cast Doctor Strange in the Multiverse of Madness dipenuhi para aktor senior dengan jam terbang tinggi dan mumpuni. Benedict Cumberbatch, Benedict Wong, hingga Chiwetel Ejiofor kembali buktikan kepiawaian mereka di layar perak. Xochitl sendiri juga tampil baik sebagai salah satu cast film MCU termuda.

Namun, aksi Elizabeth Olsen sebagai Scarlet Witch bisa dibilang penampilan paling menyihir di film ini. Dari ekspresi, penuturan dialog, hingga bahasa tubuhnya bisa tercerminkan pergulatan besar yang dialami kekasih Vision tersebut. Penonton seolah bisa bersimpati walau tak selamanya pandangan Wanda itu 'benar' di mata hukum.

Baca juga: “Ledakan” yang Tidak Dijabarkan dalam Film Oppenheimer

Yang tak kalah menarik adalah chemistry Cumberbatch dengan Rachel McAdams pemeran Christine Palmer yang memasuki babak baru di sini, siap siap baper ya disini.

5. Terlalu cepat dan terlalu banyak hal yang terjadi dalam satu film

Mengemas semua 'kegilaan' dalam film berdurasi 126 menit ini tak menutup kemungkinan munculnya kekurangan. Salah satu yang saya rasakan adalah sensasi berlebihan karena terlalu banyak hal terjadi dan terlalu cepat. Penonton bisa jadi tak bisa menikmati atau mencerna karena perubahan sensasi, setting, dan rangkaian informasi yang serba cepat.

Reporter: Mei Nurkholifah
Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru