Optika.id - Perang yang terjadi di dataran Eropa antara Rusia dan Ukraina ditambah dengan pandemi covid-19 yang masih berlangsung masih memberikan dampak buruk pada persoalan supply and demand dari berbagai kebutuhan pokok dunia. Jadi, negara-negara maju mengalami inflasi serta menimbulkan tekanan pada perekonomian dunia yang mengakibatkan terjadinya gangguan resesi global saat ini.
Kendati demikian, di Tanah Air, pemerintah mengklaim jika ekonomi nasional mampu unjuk gigi. Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia positif pada triwulan II 2022 terhadap triwulan II 2021 sebesar 5,44% year on year. Bahkan, Bank Indonesia (BI) melihat adanya peningkatan ditopang oleh permintaan domestic yang meningkat terutama pada konsumsi rumah tangga serta peningkatan kinerja ekspor.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Melemah di Tahun Pemilu?
Lantas, bagaimana nasib Indonesia dalam ancaman resesi global? Menurut Ekonom CORE Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, Indonesia mampu menghadapi badai dinamika resesi yang melanda dunia. Menurut analisisnya, perekonomian nasional saat ini masih relative aman dan sedang menuju masa pemulihan pasca pandemi.
"Masa depan ekonomi global memang sedang gelap, akibat ketidakpastian. Tetapi kendati demikian, kondisi Indonesia sebenarnya dapat dikatakan baik-baik saja. Dengan pertumbuhan 5,44%, kita sedang dalam proses pemulihan ekonomi, menuju perbaikan. Setidaknya kita lebih baik dari Malaysia dan Singapura ujarnya keterangan tertulisnya, Jumat (26/8/2022).
Meski berbagai klaim pernyataan Indonesia kuat terhadap kondisi ekonomi global, namun menurut Diendy selaku Wealth Advisory Head Bank UOB Indonesia, dia menyarankan agar setiap individu waspada dengan cara pengelolaan keuangan yang baik.
Menurutnya, penyebab hal tersebut adalah cara agar publik tidak terkena dampak yang signifikan akibat dari tekanan ekonomi dengan melakukan perencanaan keuangan yang baik di tengah situasi ketidakpastian ekonomi.
Kita harus mengukur daya beli kita sebagai individu. Kita harus mulai pilah-pilah apa saja yang mau kita konsumsi. Ada yang disebut dengan penghasilan bersih setelah kita membayar pajak. Dari sana kita bisa mengalokasikan untuk kebutuhan pokok kita, antara sandang, pangan, papan, termasuk cicilan. Bagi yang sudah berkeluarga mungkin tambahan biayanya adalah pendidikan. Dari sana, pastikan kita masih punya sekitar 30%. Kemudian dari sisa 30% inilah kita bisa mengalokasikannya ke instrumen keuangan, katanya.
Oleh sebab itu, perencanaan keuangan dan membangun portfolio keuangan menjadi kunci yang kuat untuk menahan tekanan dinamika ekonomi saat ini menurut Diendy.
Baca juga: Masyarakat Diminta Lakukan Gaya Hidup Ramah Lingkungan Untuk Dukung Ekonomi Hijau
Publik mesti mengetahui pula instrument keuangan berdasarkan ragam pilihan yang aman demi menghindari dampak dari ketidakstabilan ekonomi yang dapat menganggu ketahanan ekonomi individu.
Di sisi lain, untuk menguatkan perencanaan keuangan Ivan Kusuma selaku Head of Investment and Insurance Dana memberikan beberapa pilihan kepada publik dalam menguatkan ketahanan keuangannya dengan melakukan investasi melalui fintech. Sebab, menurutnya, peran fintech di era saat ini sangat signifikan dalam membantu masyarakat, terutama dalam sektor Investasi.
Berdasarkan survei, sambung Ivan, Indonesia saat ini merupakan pengguna smartphone tertinggi nomor 4 di dunia. Dari hal tersebut, publik seharusnya mengerti bertapa pentingnya fintech. Selain mempermudah, fintech diklaim juga lebih murah karena pihak yang terkait juga lebih sedikit. Selanjutnya, fintech lebih banyak dipilih sebagai aplikasi investasi.
Bahkan kata Ivan, Bank Indonesia telah mendukung perkembangan teknologi digital.
Baca juga: INDEF: Siapapun yang Jadi Presiden, Tak Boleh Setengah Hati Garap Ekonomi Biru!
BI saja mendukung perkembangan uang digital. Ini tergambar pada per 1 Juli 2022, BI itu meningkatkan batas uang digital dari yang sebelumnya hanya Rp10 juta, kini menjadi Rp20 juta. Itu untuk register user. Jadi dapat dikatakan bahwa fintech sangat berkembang dari sisi transaksi, volume, bahkan dari sisi regulator pun mendukung", tambahnya.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi