Optika.id - Tahun 2024 kini sudah berada di depan mata dan hanya menghitung hari saja. Seperti yang sudah-sudah di penghujung tahun dan menyambut tahun baru, berbagai tantangan dan peluang pun diramal akan menghampiri Indonesia pada tahun 2024 nanti.
Berdasarkan prediksi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 tinggi rendahnya akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan geopolitik dunia.
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Pertumbuhan ekonomi, dari sisi perekonomian global, khususnya untuk negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat terpantau sudah mulai bangkit, namun masih goyah dan belum cukup kuat. Hal ini ditambah dengan perekonomian China yang anjlok membuat pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan bakal melambat lagi.
Yang kami sulit untuk memprediksi adalah tensi geopolitik. Ukraina-Rusia, Israel-Palestina, ini juga akan memberikan warna terhadap bagaimana ekonomi global tahun ini dan tahun depan akan tercapai, kata Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto, dalam keterangannya, Rabu (20/12/2023).
Dengan berbagai kondisi yang tidak menentu inilah, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memprediksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2024 akan melemah menjadi 2,7% yang semula di tahun 2023 sebesar 2,9%. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun depan turun menjadi 2,9ri yang semula tahun 2023 sebesar 3%.
Menurut Eko, perlambatan ekonomi Indonesia sudah terlihat di kuartal III kemarin. Pasalnya, Produk Domestik Bruto (PDB) domestic hanya mencapai 4,94% secara tahunan (yoy). Apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,17% (yoy), capaian kuartal III ini lebih rendah.
Jadi ini di bawah ekspektasi, karena APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) menghendaki target pertumbuhan kita 5,3n sepanjang 2023 kita enggak pernah mencapai level 5,3%. Tertinggi hanya 5,17%, ujar Eko.
Kemudian dari sisi pengeluaran, ekonomi Indonesia hanya ditopang oleh konsumsi domestic yang masih tumbuh secara stagnan di level 5,06% saja. Sedangkan konsumsi pemerintah, tumbuh negatif dan menyumbang penurunan lantaran berada di angka minus 3,76%.
Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Di sisi lain, kinerja dunia usaha dan inflasi pada saat yang sama justru tumbuh moderat, cenderung melemah dan tidak mampu mendongkrak perekonomian nasional untuk tumbuh lebih tinggi lagi. Hal ini kemudian diperparah dengan pemerintah yang gagal melakukan akselerasi belanja negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah evaluasi dari Indef di 2023 dan sedikit me-review di 2022, kami melihat sejumlah indikator ini secara umum ekonomi 2024 tidak setinggi dari asumsi makro. Karena tantangannya cukup banyak, beber Eko.
Lebih lanjut, INDEF turut melihat kenikmatan windfall alias berkah dari melambungnya harga-harga komoditas dunia yang segera berakhir. Menurut Eko, dampak dari hal itu membuat nilai ekspor Indonesia akan terjun bebas di tahun 2024 nanti.
Maka dari itu, INDEF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 berada di angka 4,8%. Angka tersebut jauh lebih rendah dari target pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam UU APBN 2024 yang sebesar 5,2%.
Baca Juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada
Sementara itu, INDEF memperkirakan inflasi Indonesia berada di kisaran 3,2%. Angka itu sedikit lebih tinggi dari asumsi makro pemerintah sebesar 2,8%.
Secara umum, 4,8% di bawah dari target pemerintah dan ini terkesan pesimis. Tapi di balik pesimisme itu tetap saja di dalam tahun pemilu, ada sektor yang bergerak lebih kencang daripada tahun yang tidak ada pemilu, imbuhnya.
Editor : Pahlevi