[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - Pada saat masyarakat sibuk membaca berita dan melihat tayangan TV tentang kegiatan rekonstruksi kasus pembunuhan Brgadir J yang diotaki atasannya sendiri Irjen Sambo, dan berita tentang antrian panjang kendaraan di SPBU mengantisipasi kenaikan harga BBM, tiba-tiba masyarakat juga terkejut melihat tayangan TV dan membaca berita di Koran dan media sosial tentang kecelekaan maut di Bekasi yang menewaskan murid-murid SD di Bekasi pada tanggal 31 Agustus 2022 kemarin.
Baca juga: Campur Tangan Asing dalam Pemilu
Kecelakaan itu melibatkan truk trailer di Jl Sultan Agung, Bekasi. Berdasarkan penelusuran awal pihak kepolisian, truk tersebut menabrak halte, lalu menabrak tiang BTS (Base Transceiver Station- tiang telekomunikasi seluler) di lokasi kejadian. Tipe jalan dimana kecelekaan itu terjadi tidak menurun, dan ada bekas rem. Truk trailer menabrak halte dimana ada murid-murid SD yang sedang menunggu kendaraan umum, dan titik terakhir menubruk tiang jaringan seluler yang roboh dan menimpa mobil-mobil yang ada di jalan. Saya lihat berita di TV, jumlah korban akibat dari kecelekaan ini 11 orang meninggal dunia kebanyakan anak-anak SD karena lokasi kejadian berada di SD Kota Baru II, Kota Bekasi- dan 22 orang luka-luka.
Sebenarnya di negeri kita ini sering terjadi kecelakan seperti itu yang melibatkan truk besar dan bus angkutan umum yang menewaskan banyak orang sehingga menjadikan jalan-jalan yang ada sebagai lokasi maut. Tentu saya tidak memperinci kejadian-kejadian maut di tulisan ini karena memang hal itu miris bagi kita yang membaca beritanya, namun satu kejadian di Bekasi diatas sudah mewakili berita betapa bahayanya kecelakaan seperti itu. Data dari WHO tahun 2020 menyebutkan bahwa Road Traffic Accidents Deaths in Indonesia reached 30,668 or 1.81% of total deaths atau jumlah kematian akibat kecelekaan lalu lintas tahun 2020 itu sudah mencapai 30.668 jiwa, kalau dibuat rata-rata perbulan ada lebih dari 2.500 mati akibat kecelakaan lalulintas ini. Sementara itu data dari Korlantas Polri menyebutkan angka kecelakaan lalulintas di Indonesia tahun 2021 mencapai 103.645.
Baca juga: Lha Pak Jokowi Rambutnya Tidak Putih, Berarti...
Kita tidak bisa membayangkan apabila truk berat atau trailer itu mengangkut bahan beracun atau bahan kimia yang mudah meledak dan terjadi kecelakaan seperti di Bekasi itu maka tentu jumlah korban yang meninggal akan lebih banyak dan bisa terjadi kebakaran yang meluas.
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk besar dan bus itu sering disebabkan karena kelalaian supir yang mengantuk misalnya atau menyetir sambil melihat handpone, juga disebabkan karena kondisi kendaraan yang tidak layak disamping kondisi jalan yang licin, menurun dan sempit serta yang menyetir itu bukan supir sebenarnya alias keneknya. Sebenarnya menurut kepolisian untuk menghindari kecelekaan itu maka syarat pengambilan SIM B1 dan B2 untuk supir kendaraan besar itu berat. Namun sepertinya perlu di tambah psikotest yang ketat mengingat kendaraan yang dibawa itu bukan kendaraan biasa. Selain itu pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan perlu lagi meningkatkan pemeriksaan kendaraan atau Uji Kir untuk melihat kelayakan kendaraan. Uji Kir itu harus benar-benar transparan karena pengalaman yang lalu-lalu sering terjadi praktik suap sehingga kendaraan yang sebenarnya tidak layak tetapi diijinkan tetap jalan. Harus juga ada sanksi tegas terhadap perusahaan pemilik truk dan bus yang melanggar aturan.
Baca juga: G20: Bagaimana Kalau Joe Biden tidak Hadir dan Putin pun Absen?
Anak-anak SD yang meninggal dunia akibat diterjang truk trailer di Bekasi itu sejatinya ingin bercerita pengalaman mereka waktu disekolah kepada orang tuanya yang menunggu dirumah, namun keinginan itu sirna akibat kelalaian supir. Karena itu pemerintah perlu melakukan tindakan yang serius dalam mengurangi kecelakaan lalu lintas itu agar dapat menjamin keselamatan publik dan agar anak-anak kita generasi baru bisa dengan ceria bercengkerama dengan orang tua bersama kakak dan adiknya dirumah karena perjalanan mereka pulang dari sekolah aman dan selamat.
Editor : Pahlevi