[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - Tanggal 29 November 2022 lalu Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengecam upaya El Salvador untuk mempengaruhi "hasil pemilu tertentu" di AS, setelah seorang anggota kongres California menuduh presiden El Salvador dan pejabat Salvador lainnya ikut campur dalam perlombaannya.
Baca Juga: Percobaan Pembunuhan Ke 2 Terhadap Trump
"Sepanjang proses pemilihan terakhir kami, kami mencatat dengan alarm semakin banyak upaya langsung oleh beberapa warga Salvador untuk secara langsung mempengaruhi hasil pemilihan tertentu di Amerika Serikat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
"Seperti yang telah berulang kali kami jelaskan, ini tidak dapat diterima, dan kami telah berulang kali mengomunikasikan ini secara langsung kepada Pemerintah El Salvador melalui saluran diplomatik resmi," tambah juru bicara itu. Anggota DPR AS Norma Torres (D-Calif.), yang memenangkan pemilihan kembali di Distrik Kongres ke-35 California, menuduh Presiden Salvador Nayib Bukele mendalangi "serangan online" terhadapnya.
Bukele awalnya mendesak warga di distrik Torres untuk memilih melawan petahana dalam sebuah tweet april lalu.
"Dia tidak bekerja untuk Anda, tetapi untuk menjaga negara kita tetap terbelakang," kata Bukele.
Protes pihak pemerintah Amerika Serikat lewat Departemen Luar Negeri nya memang benar, karena dalam alam demokrasi maka kehendak rakyat dalam sebuah pemilihan tidak boleh dipengaruhi oleh asing atau negara lain.
Dan Amerika Serikat sebagai negara demokrasi sangat menjunjung tinggi nilai-nilai independensi dalam proses demokrasi.
Dalam pemilihan presiden tahun 2016 yang memenangkan Donald Trump untuk menjadi presiden, pihak lawannya dari Partai Demokrat menuduh bahwa Rusia ikut campur mempengaruhi hasil pemilihan presiden yang memenangkan Trump itu.
Rusia selalu membantah tuduhan semacam itu karena Rusia tidak pernah mencampuri urusan dalam negeri negara lain demikian bantahan resmi pihak Rusia.
Tapi apakah Amerika Serikat sendiri tidak pernah mencampuri urusan dalam negeri negara lain terutama dalam hal pemilihan umum atau pemilihan presiden?
Baca Juga: Asosiasi Pengusaha Juga Dipecah – Belah Seperti Parpol
Coba kita baca pengakuan dua mantan pejabat tinggi pemerintah Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mantan direktur CIA James Woolsey telah mengakui bahwa AS "ikut campur" dalam pemilihan di negara lain untuk melindungi kepentingannya. Dia membuat pernyataan jujur selama wawancara dengan presenter Fox News Laura Ingraham pada bulan Juli 2022.
Ditanya apakah AS "ikut campur dalam pemilihan negara lain," mantan kepala CIA itu menjawab:
"Oh mungkin, tapi itu untuk kebaikan sistem untuk mencegah komunis mengambil alih."Woolsey mengutip Yunani dan Italia pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II sebagai contoh bagaimana AS telah campur tangan untuk mencegah partai komunis berkuasa.
"Kami tidak main-main," katanya kepada pembawa acara Fox News.
Sementara itu John Bolton, mantan duta besar AS untuk PBB dan mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih, mengatakan juga pada bulan Juli 2022 pada waktu wawancara dengan jaringan CNN bahwa dia telah membantu merencanakan upaya kudeta di negara-negara asing.
Baca Juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …
Pada 2019, Bolton sebagai penasihat keamanan nasional secara terbuka mendukung seruan pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido agar militer mendukung upayanya untuk menggulingkan Presiden sosialis Nicolas Maduro, dengan alasan bahwa pemilihan kembali Maduro tidak sah. Pada akhirnya Maduro tetap berkuasa.
Kita bangsa Indonesia harus pandai membaca sejarahnya sendiri soal campur tangan negara lain itu. Pada tahun 1950-1960 an Lembaga intelijen Amerika Serikat CIA terang-terangan membantu pemberontakan yang terjadi di Indonesia, bahkan pilotnya yang Bernama Alan Pope berusaha membunuh presiden Sukarno dengan pesawat tempur.
Sementara negara komunis Cina juga terang-terangan membantu pihak Partai Komunis Indonesia PKI untuk melakukan kudeta di tahun 1965.
Semua lapisan bangsa Indonesia ini walaupun berbeda- beda aspirasi politiknya harus solid untuk sepakat demi NKRI menolak segala campur tangan asing dalam pemilihan presiden tahun 2024. Perlu disadari juga praktek-praktek campur tangan asing itu sangat halus yang seringkali kita tidak menyadarinya.
Editor : Pahlevi