Optika.id - Bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI mengungkapkan adanya ancaman kejahatan siber menjadi perhatian utama seiring dengan kecanduan gawai. Orang tua perlu memberikan contoh dan mengajak anak untuk berinternet sehat.
Menanggapi hal tersebut, Muhammad Nur Awaludin selaku Co-founder dan CEO Fammi (startup edukasi teknologi yang bergerak di bidang Pendidikan Keluarga) menjelaskan jika saat ini penggunaan gawai meningkat tidak hanya di kalangan dewasa saja, melainkan juga menyasar kepada anak-anak.
Baca juga: Minim Ilmu Parenting, Orang Tua Jadi Gampang Lakukan Kekerasan Pada Anak
Oleh sebab itu, menurutnya penting untuk menguatkan dan mempelajari keamanan digital sebab pemahaman masyarakat tentang hal ini masih termasuk dalam kategori sedang.
Dia menyebut, di ranah digital, banyak sekali ancaman yang mengintai anak-anak seperti perundungan siber, pornografi, adegan kekerasan, dan online stalking.
Paparan ancaman tersebut bisa dari film, iklan, konten YouTube, aplikasi percakapan, media sosial, games, dan lain-lain. Kecanduan gawai juga menjadi ancaman tersendiri bagi anak pengguna gawai, katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Optika.id, Sabtu (17/9/2022).
Dia menilai jika kondisi tersebutlah yang menjadikan anak terus menggunakan gawai hingga muncul perasaan bosan, lelah dan marah. Dia mencontohkan, ketika kecanduan games, bahaya yang muncul berupa perubahan perilaku anak seperti lupa waktu, gampang marah, lebih senang menyendiri, melupakan ibadah, dan berbohong.
Adapun dari data terbaru, menunjukkan sebanyak 29% anak di Indonesia menggunakan gawai sedangkan 12% di antaranya mengakses internet secara bebas. Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup besar untuk populasi Indonesia. Hal ini juga mengindikasikan jika penggunaan gawai di kalangan masyarakat memang sudah susah untuk dicegah.
Ada pun yang bisa dilakukan orang tua adalah menanamkan kesadaran berinternet sehat sejak dini, kata Nur Awaludin.
Salah satu upaya menjauhkan anak dari ancaman kejahatan siber menurut Nur ialah mengakses internet secara sehat. Kejahatan siber saat ini memberikan dampak buruk pada anak di antaranya ialah kerusakan otak bagian depan, emosi yang tak terkendali, volume otak menyusut sebanyak 4,4n banjir dopamine secara berlebih.
Baca juga: Upaya Pemerintah Atasi Trauma Anak di Daerah Konflik
Tips menjaga anak di internet yaitu batasi waktu penggunaan, manfaatkan fitur perlindungan, beri pemahaman anak tentang internet sehat, jaga data pribadi, dampingi anak, berikan waktu ruang berkreasi, detoks internet, dan berkomunikasi dengan terbuka, ucap Nur Awaludin.
Di satu sisi, Rektor Institut Nitro Mohammad Hatta Alwi Hamu menyebutkan, pendampingan orang tua terhadap anak wajib dilakukan sejak dini, sehingga anak bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan secara aman.
Apalagi saat ini, di mana sudah lebih dari 202 juta pengguna internet di Indonesia yang aktif mengakses internet dan sebagian di antaranya media sosial, katanya.
Dilansir dari catatan APJII, pengguna internet berdasarkan umur didominasi kelompok usia dengan rentang 13-18 tahun sebanyak 99,16%, disusul usia 19-34 tahun sekitar 98,64%.
Hatta menambahkan, ada enam tantangan yang dihadapi orang tua di era digital: kemudahan mengakses internet, kebebasan terkoneksi tanpa aturan, anak lebih pintar dari orang tuanya, dunia user-generated content, anak ingin bebas, dan belum paham risiko.
Baca juga: Orang Tua Diminta Waspadai Anak Candu Judi karena Bermain Game Online
Tingkatkan literasi digital agar orang tua dan anak dapat mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data dan informasi yang diterima dan didistribusikan dari dan ke berbagai platform digital yang dimiliki secara aman, pungkasnya.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi