Optika.id - Salah satu upaya percepatan penurunan stunting nasional yang digencarkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ialah dengan menerapkan program Keluarga Berencana (KB) pascapersalinan.
Menurut Direktur Bina Akses Pelayanan KB BKKBN, Zamhir Setiawan, program ini dinilai akan menuntun masyarakat untuk menjarangkan kehamilan dengan mengatur jarak kelahiran. Angka kematian ibu dan bayi juga diharapkan dapat turun.
Baca juga: Setiap Orang Tua Wajib Belajar Literasi Keuangan Keluarga Demi Masa Depan Anak
Ini kan dalam rangka menjarangkan kehamilan, mengatur jarak kelahiran, untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Nah sekarang dengan adanya program percepatan penurunan stunting itu salah satu strateginya adalah KB pascapersalinan, kata Zamhir dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/9/2022).
KB pascapersalinan diyakini berperan penting dalam menekan prevalensi stunting nasional yang saat ini menyentuh 24,4%. Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan target angka prevalensi tersebut turun hingga 14ngan batas waktu hingga 2024 nanti.
KB pascapersalinan menangani sekitar 3,6 juta balita stunting. Mencegah atau menjaga lahirnya sekitar 20 juta bayi agar tidak stunting, ujarnya.
Adapun proses KB pascapersalinan merupakan upaya dalam mencegah kehamilan dengan menggunakan metode atau alat maupun obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah ibu melahirkan.
Saat ini, menurut Zamhir BKKBN menagetkan sebanyak 70% ibu yang melahirkan bisa segera mengikuti KB pascapersalinan. Sedangkan untuk ibu yang melahirkan di rumah sakit pihaknya menargetkan sebanyak 100%.
Baca juga: Upaya Menurunkan Stunting, dari Perubahan Perilaku Hingga Pengisian Aplikasi
Untuk metodenya memang diarahkan untuk metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) apakah IUD, implan atau MOW untuk yang sudah tidak ingin punya anak lagi, ujarnya.
Akan tetapi, jika akseptor atau penerima belum siap untuk melakukan KB metode MKJP, maka Zamhir menegaskan jika mereka bisa mengganti metode KB yang lain yang bisa dipilih agar tidak menganggu stimulus ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya. Adapun jenis KB alternatif yang bisa dipilih tersebut bisa berupa suntik ataupun pil.
Oleh sebab itu, saat ini peran penyuluh KB sangat penting dalam memberikan edukasi kepada akseptor atau penerima terkait dengan jenis kontrasepsi apa yang cocok untuk digunakan dalam KB pascapersalinan nanti.
Zamhir juga menegaskan, jika upaya peningkatan KB pascapersalinan dapat mencapai target yang ditetapkan apabila seluruh pihak berkomitmen ikut membantu program ini, antara lain adanya kebijakan daerah yang dikeluarkan Pemda setempat, tersedianya materi KB pascapersalinan di fasilitas kesehatan berupa infografis hingga poster, serta sosialisasi kepada tenaga medis dan kesehatan secara berkesinambungan.
Baca juga: BRIN Jelaskan Penanganan Stunting Secara Efektif
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi