Optika.id - Sebagian masyarakat saat ini masih enggan menggunakan alat kontrasepsi lantaran muncul mitos atau persepsi yang keliru terkait dengan alat pencegah kehamilan tersebut.
"Spiral katanya nanti kalau hamil bisa nancap di kepala atau pipi. Banyak mitos-mitos yang beredar, makanya perlu sosialisasi dan konseling lah," ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo dalam keterangannya, Senin (26/9/2022).
Baca juga: Banyaknya Aktivitas Seksual di Usia Dini Tak Dibarengi dengan Pendidikan Seks
Ada lagi anggapan salah bahwa alat kontrasepsi mempengaruhi gairah seksual seseorang. Padahal, menurut Hasto penggunaan alat kontrasepsi juga memicu gairah seksual seseorang menjadi lebih stabil.
Kendati demikian, Hasto membenarkan opini publik bahwa penggunaan kondom bisa membuat hubungan seksual menjadi sedikit tidak nyaman.
"Kalau kondom agak sedikit mempengaruhi kenikmatan mungkin bisa, karena dengan kondom kan tidak kontak langsung sehingga ada keluhan tidak nyaman, itu bisa saja terjadi," katanya.
Setiap alat kontrasepsi memiliki tingkat kegagalan masing-masing yang dapat menyebabkan kehamilan. Misalnya, tingkat kegagalan penggunaan kondom adalah 25:100 per tahun. Artinya, dari 100 pasangan subur yang menggunakan kondom ketika berhubungan, terdapat 25 pasangan yang gagal mencegah kehamilan dalam waktu satu tahun.
Sedangkan tingkat kegagalan IUD menurut Hasto lebih rendah dibandingkan dengan kondom. Maka dari itu, penggunaan IUD sebagai alat kontrasepsi dianggap lebih berhasil dalam perencanaan kehamilan dibanding kondom.
"Kontrasepsi jangka panjang seperti implan, suntik, IUD itu kegagalannya kecil hanya 3 banding 1.000 per tahun. Ya kegagalan pasti ada tapi masing-masing alat kontrasepsi beda-beda," kata Hasto.
Baca juga: BKKBN: Seluruh Pemda se-Indonesia Wajib Terlibat Tangani Stunting
Saat ini, terdapat 57% pasangan usia subur di Indonesia yang sadar menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur kehamilan. Angka tersebut sudah cukup baik dari target 62% apalagi dalam kondisi Pandemi yang melanda selama dua tahun terakhir.
Perlu sosialiasi kehamilan yang terencana untuk menekan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan kualitas hidup bayi serta menghindari kondisi gagal tumbuh atau stunting.
"Kita harus terus memberi pemahaman tentang bahaya kehamilan yang tidak direncanakan, jarak terlalu dekat, itu yang terus disosialisasikan. Kalau punya anak terlalu dekat, stuntingnya tinggi, kalau anak stunting dia akan pendek, tidak cerdas, sakit-sakitan dan tidak punya daya saing," ucapnya.
Selain penggunaan alat kontrasepsi atau KB di atas, menekan angka kehamilan atau merencanakan kehamilan juga bisa menggunakan KB alami sebagai alternatifnya. KB alami ialah metode kontrasepsi yang dilakukan tanpa menggunakan alat, obat, atau bantuan prosedur medis tertentu.
Baca juga: Mengintip Faktor Pernikahan dan Perceraian Dini yang Melanda Pasangan Muda
Adapun cara menggunakan KB alami ini yakni mencatat siklus menstruasi sehingga dapat menghindari melakukan hubungan seksual di masa subur.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi