Krisis Pangan Global Membayang di Depan Mata, Ini Upaya Kementan dalam Mencegahnya

Reporter : Uswatun Hasanah
heatwave-gaafc7b54e_1920

Optika.id - Krisis pangan global yang terbayang didepan mata membuat Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai upaya mitigasi, termasuk bersinergi dengan DPR RI.

Salah satu upaya Kementerian Pertanian, khususnya kesiapan Sub Sektor Perkebunan dalam menghadapi dampak krisis pangan, yaitu pengembangan seluas 255.150 ha untuk komoditas Sagu, Tebu, Stevia, Kelapa dan Aren, ujar Andi Nur Alam Syah selaku Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Dirjenbun Kementan) dalam keterangan resminya, Selasa (27/9/2022).

Baca juga: Sejarah Beras, Sang Raja Pangan Nusantara

Adapun upaya yang dilakukan oleh Kementan antara lain memberikan bantuan berupa komponen bibit, pupuk, dan obat-obatan dan Rawat Ratoon; swasembada gula konsumsi 2024 melalui Bongkar Ratoon; dan memberikan bantuan berupa komponen pupuk serta obat-obatan agar tanaman pangan tak gagal panen.

Selain itu, swasembada gula konsumsi juga dapat terpenuhi dengan beberapa strategi seperti impor (gula mentah/raw sugar), pemanis buatan (kimia), diversifikasi gula nontebu (stevia, kelapa, aren, dan lainnya). Serta, mendorong diversifikasi gula nontebu oleh Ditjen Perkebunan sebagai alternatifnya.

Menurut Andi Nur, Ditjen Perkebunan memiliki program yang dinilai dapat menjawab tantangan krisis pangan global. Salah satu programnya ialah Sagu Untuk Indonesia (Sagunesia) yang mendorong kemandirian pangan lokal (tepung).

Pengembangan tepung sagu sebagai substitusi impor, Pengembangan gula cair untuk kemandirian lokal, dan Pengembangan sagu untuk energi terbarukan (Bioetanol). Dimana sebaran potensi areal sagu nasional seluas 5.5 juta ha di beberapa wilayah, katanya.

Kemudian, Andi Nur membeberkan tiga strategi menuju kondisi ideal yakni meningkatkan produktivitas untuk jangka pendek melalui Intensifikasi yang berupa bantuan Pupuk dan saprodi lainnya.

Berikutnya adalah penyediaan varietas unggul untuk peremajaan dan perluasan melalui nursery serta menyediakan benih kerja sama dengan BPTP dalam jangka panjang.

Strategi selanjutnya yakni meningkatkan kapasistas produksi melalui ekstensifikasi dengan menyediakan varietas unggul dan saprodi lainnya. Yang terakhir ialah meningkatkan nilai tambah dan daya saing melalui pengembangan ekosistem perkebunan dan informasi pasar serta market intelegence, penerapan GAP dan GMP, serta penyediaan alat pascapanen dan pengolahan.

Baca juga: Krisis Pangan Dibalik Hubungan Diplomasi Indonesia-India

Sementara itu, upaya pemerintah dalam pengembangan perkebunan nasional dengan logistik benih dan pengembangan kawasan melalui perluasan; peremajaan; dan rehabilitasi untuk meningkatkan produksi komoditas (program jangka panjang) beberapa komoditas seperti kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, cengkeh, teh, vanili, dan kayu manis.
Pengembangan kawasan intensifikasi dalam program jangka pendek juga dilakukan untuk meningkatkan produksi kakao, kopi, lada, karet, pala dan cengkeh.

Sedangkan untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing melalui penyediaan alat pascapanen serta pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, karet, kelapa, kakao, pinang, kayu manis, dan nilam.

"Untuk skema pembiayaan sendiri, tidak hanya mengandalkan APBN/APBD, namun juga melalui pemanfaatan KUR dan CSR serta investasi," ucapnya.

Komisi IV DPR RI merespon baik upaya-upaya Kementan melalui Ditjenbun untuk menghadapi krisis pangan, mendorong dan akan bersama-sama mengawal pelaksanakan program-program unggulannya.

Baca juga: Sejarah Krisis Bawang Putih, Persoalan Impor yang Terjadi Kesekian Kali

Komisi IV menyampaikan agar Ditjenbun juga melakukan kajian serta evaluasi kegiatan apa yang tepat sasaran, sehingga dapat mengungkit peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru