Optika.id - Pemilihan presiden (Pilpres) 2024 nanti diprediksi oleh pengamat politik, Muslim Arbi bakal diwarnai dengan calon dari oligarki. Apabila hal tersebut terjadi maka akan berdampak buruk bagi kelangsungan demokrasi di tanah air. Apalagi, munculnya kecenderungan calon presiden oligarki yang akan melakukan pencitraan dimana-mana.
Rekam jejak dalam memimpin suatu provinsi merupakan suatu modal. Baik bagi Anies, Ganjar, dan siapapun. Kalau misalkan rekam jejak dalam memimpin suatu provinsi lebih banyak kontroversi, lalu dipaksakan menjadi calon pilpres, ini menjadi pertanyaan. Jadi saya katakan, capres oligarki ini akan menjadi boneka, dan tidak prokepada rakyat, dan hanya prokepada kepentingan asing," kata pengamat politik Muslim Arbi, dalam keterangannya, Jumat (4/11/2022).
Baca juga: Pengamat Politik Sebut Pilkada Bukan Pesta Rakyat, tapi Pesta Elite Parpol
Dia kemudian menyinggung proyek kereta cepat Jakarta Bandung. Dia menduga jika proyek tersebut bukan untuk rakyat. Begitu juga proyek membangun berbagai ruas jalan tol yang membutuhkan biaya mahal tetapi malah dijual murah.
untuk apa ada kereta cepat Jakarta Bandung? KAI sudah menyediakan kereta Argo Parahyangan, ujarnya.
Sementara itu, dari proyek-proyek bernilai fantastis itu, dengan imbas kenaikan harga BBM dan harga lainnya, rakyat hanya diiming-imingi oleh Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai Rp600.000. bahkan pemerintah cenderung tuli terhadap berbagai protes terhadap kenaikan harga BBM.
"BLT hanya dikasih Rp600.000 dan hanya sekali, akan tetapi penderitaannya berkepanjangan. Ini bukan prorakyat. Ini bukan kepentingan rakyat. Itu kepentingan oligarki. Itu masalahnya," ucap dia.
Baca juga: Analis Sebut Wajar PDIP Tak Bersama Anies, Bukan Elektoral Penentu Utama
Namun, dia optimis dan memiliki keyakinan jika rakyat semakin cerdas. Akan tetapi, harus tetap membangun kesadaran rakyat menjelang pelaksanaan Pilpres 2024. Ia menyebut tidak boleh lagi memilih presiden boneka sebab presiden seperti itu hanyalah antek oligarkan dan akan melakukan kepentingan demi oligarki atau sekutunya saja.
Maka dari itu, dia mendukung edukasi publik agar paham akan bahaya capres yang didanai oleh kelompok oligarki. Dia juga menyebut pada awal Pemilu 1995 silam yang bebas dari gurita dan cengkraman oligarki. Menurutnya, hal tersebut benar-benar mencerminkan demokrasi yang sesungguhnya sehingga rakyat murni dan antusias. Namun, hal itu jauh berbeda dengan pesta demokrasi pemilu belakangan ini.
"Kita lihat rekam jejak dari capres ini. Apakah capres ini betul-betul prorakyat? Kita kan bisa melihatnya sendiri. Tetapi kalau capresnya pencitraan. Saya bisa katakan capres itu oligarki, tuturnya.
Baca juga: Pengamat Sebut Anies Segera Gabung Partai, Tak Selamanya Bisa Independen!
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi