Jakarta (optika.id) - Pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi tanggapi soal pasangan calon Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta. Keduanya resmi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Menurutnya, tidak aneh jika Ibu Mega tidak mengusung Anies lantaran eks Calon Presiden itu terlalu berjarak secara ideologis dengan PDIP.
Baca Juga: Jubir PKS Sebut Dukungan Anies ke Pramono-Anung Justru Untungkan RK-Suswono
"Menurut saya tidak aneh kalau Ibu Mega tidak mencalonkan Anies, Anies terlalu berjarak soal ideologis dengan PDI-Perjuangan," ujarnya, Rabu, (28/8/2024).
Tidak hanya itu, rekam jejak PDIP mencalonkan kepala daerah juga bukan faktor elektoral sebagai konsiderans utama.
"yang jadi pertimbangan utama bagi Ibu Mega mencalonkan gubernur atau bupai dan walikota adalah tes ideologis," tegasnya.
"Hal itu yang menjelaskan nama seperti Jokowi 2012 dipilih sebagai calon gubernur Jakarta, padahal saat itu elektabilitas tertinggi ada di Fauzi Bowo," tambahnya.
Baca Juga: Intip Hangatnya Pertemuan Anies, Pramono, dan Rano di Lebak Bulus
Hal sama juga terjadi kala PDIP mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI Jakarta 2017 meski terkena isu Al Maidah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Jangan lupa Ridwan Kamil tahun 2018 di Jawa Barat, hampir mendapatkan rekom dari PDI-Perjuangan, tapi ujungnya yang mendappatkan penugasan untuk maju di Jawa Barat kadernya sendiri, TB Hasanuddin dengan segala konsekuensinya," terangnya.
Burhanuddin mengatakan, ada yang berakhir manis dan ia mencontohkan Jokowi. Juga ada yang berakhir kekalahan seperti Ahok. Pada intinya, bukan faktor elektoral yang menjadi konsiderans utama. Hal itu juga paling penting harus digarisbawahi.
Baca Juga: Pramono-Rano Unggul dalam Survei Pilgub DKI 2024, RK-Suswono Menyusul Ketat
"Bagaimanapun kalau pertimbangan elektoral, berarti membuka kesempatan untuk non-kader Anies kan bukan kader. Sementara kita baca pemikiran Ibu Mega, beliau itu paling solid, paling kukuh, paling konsisten bicara tentang kelembagaan partai, makanya ada istilah petugas partai," imbaunya.
"Jadi kalau ingin maju menjadi pejabat publik, ya harus melalui pintu masuk partai. Nah, Anies tidak masuk di sini. Selain faktor ideologis, Anies juga bukan Kader PDIP," pungkas dia.
Editor : Pahlevi