[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - Dalam ajang pemilihan umum ada tiga perilaku pemilih yaitu Perilaku pemilih jenis pendekatan sosiologis yang dikembangkan Universitas Columbia Amerika Serikat yang dikenal dengan Madzab Columbia menyebutkan bahwa perilaku politik seseorang dipengaruhi oleh lingkungan misalnya sosial ekonomi, afiliasi etnis, usia, keluarga, keanggotaan suatu organisasi, tempat tinggal.
Baca juga: Aneh! Jelang Lengser Kepuasan Terhadap Jokowi Tinggi, tapi Negara Bakal Ambruk
Sedangkan perilaku pemilih berdasarkan pendekatan psikologis- yang dikenal sebagai madzab Michigan menyebutkan perilaku politik seseorang berdasar pada identifikasi keanggotan orang dengan partai politik. Dan pendekatan rasional menyebutkan bahwa pemilih itu akan memilih seseorang berdasarkan isu-isu yang dibahas seorang calon.
Secara umum electoral behavior atau perilaku pemilih di Indonesia terutama dikalangan pemilih tradisional (traditional voters) itu memilih seorang calon berdasarkan dua pendekatan diatas yaitu pendekatan sosiologis dan psikologis. Dan nampaknya meskipun presiden Jokowi tidak pernah di kuliah di fakultas ilmu sosial dan politik, dia sudah memahami bagaimana karakter pemilih di Indonesia ini yang umumnya masih percaya pada symbol-simbol sosiologis dan psikologis.
Baru-baru ini tanggal 26 Nopember 2022 lalu di depan ribuan relawan di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jokowi mulanya mengungkap ciri-ciri pemimpin yang memikirkan rakyat yang bisa terlihat dari penampilannya. Persisnya dia mengatakan:
"Dari penampilan kelihatan, banyak kerutan karena mikirin rakyat, ada yang rambutnya putih semua, ada itu. Kalau wajah cling dan tak ada kerutan di wajah hati-hati. Lihat rambutnya, kalau putih semua, ini mikirin rakyat," kata dia.
Bukan sekali itu saja Jokowi memberi clue soal capres 2024 yang didukungnya. Pada Rakernas Projo, di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022), Jokowi menyatakan "jangan terburu-buru meski orangnya ada di sini."
Pernyataan-pernyataan pak Jokowi oleh publik secara luas diartikan sebagai dukungan Jokowi pada Ganjar Pranowo gubernur Jawa Tengah yang memiliki rambut putih. Walaupun dukungan itu belum di endorse oleh ibu Megawati ketua umum PDP-P dimana pak Ganjar adalah anak buahnya (istilah Bu Mega sebagai petugas partai). Pernyataan presiden itu mendapat tanggapan berbagai pihak, banyak yang mengkritik dia, namun ada juga yang membagi pendapatnya sambal bercanda. seperti Akun @AroofTito berkelakar bahwa tokoh yang dimaksud Jokowi adalah Wapres Ma'ruf Amin.
Baca juga: Dosa-dosa Jokowi
"Ternyata selama ini asumsi kalian salah semua, di balik layar beliau lah yang memimpin negara ini, bukan pak jokowi. Banyak kerutan, rambut putih. sungkem dulu sama pak kiai haji," kicaunya. Ada yang secara logika berpendapat bahwa rambut pak Jokowi itu tidak putih semua berarti dia tidak pernah memikirkan negara.
Pemilihan presiden memang dua tahun lagi, namun temperatur politik nasional sudah memanas dan banyak berseliweran himbauan dari para pemimpin negeri ini kepada masyarakat untuk mengetahui ciri-ciri pemimpin yang harus dipilih dengan melalu pendekatan sosiologis dan psikologis, misalkan mantan gubernur DKI Ahok secara terang-terangan mengatakan agar rakyat tidak memilih seorang pemimpin yang banyak bicaranya tapi tidak banyak bekerja.
Pernyataan Ahok itu masyarakat sudah tahu yaitu ditujukan kepada Dr. Anies Baswedan yang dituduh hanya pandai bicara.
Di Amerika Serikat suhu politik memanas kemarin ketika ada Midterm Election, presiden Joe Biden tidak mengarahkan rakyatnya untuk memilih calon dengan ciri fisik tertentu, hanya menjelaskan secara umum prinsip demokrasi dengan mengatakan Make no mistake, democracy is on the ballot for all of us.
Baca juga: Senjata Baru Dalam Peperangan
Usia demokrasi Indonesia ini memang masih muda bila dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju dan lama berdemokrasi.
Namun semampang masih muda maka demokrasi di negeri ini harus mengajarkan pada rakyat hal-hal yang lebih substansial ketimbang hal-hal yang bersifat simbolis dan fisik tubuh.
Rakyat harus memilih calon pemimpin yang berani bertarung beradu gagasan dan ide yang lebih rasional dan strategis seperti yang disebutkan dalam pendekatan rasional pemilih diatas.
Editor : Pahlevi