Optika.id - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyebut jika pendidikan seks di Indonesia sangat lemah. Itu terjadi lantaran pendidikan seks masih dianggap tabu.
Baca juga: Upaya Menurunkan Stunting, dari Perubahan Perilaku Hingga Pengisian Aplikasi
Hasto mengungkapkan, sebenarnya tingginya angka dispensasi pernikahan (diska) tidak hanya terjadi di Jawa Timur saja. Di sisi lain, saat pihaknya ingin melakukan seks edukasi masih menjumpai banyak tantangan.
Pendidikan seks di Indonesia sangat lemah karena masih dianggap tabu, ujar Hasto dalam siaran pers yang diterima wartawan, Kamis (19/1/2023).
Hasto menekankan, bahwa pendidikan seks bukan edukasi bagaimana untuk berhubungan seks. Namun, diarahkan pada pengenalan alat reproduksi, termasuk fungsi dan cara menjaganya. BKKBN sendiri, sebenarnya sudah membuat program bernama Generasi Berencana alias GenRe.
Baca juga: Jalan Buntu Pendidikan Seks yang Masih Jadi Topik Tabu
Lewat program tersebut, BKKBN ingin memberikan pendidikan seks lewat generasi sebaya. Adapun sasaran program ini yakni remaja usia 10-24 tahun yang belum menikah.
"Saya yakin jika remaja, baik laki-laki dan perempuan mendapatkan seks education, mereka akan menjaga diri sebaik mungkin dan tidak akan melakukan free seks, tandasnya.
Baca juga: Banyaknya Aktivitas Seksual di Usia Dini Tak Dibarengi dengan Pendidikan Seks
Sebelumnya, ramai diberitakan ratusan pelajar SMA dan SMP di Ponorogo hamil di luar nikah. Hal itu diketahui setelah ada seorang pelajar perempuan mengajukan permohonan dispensasi pernikahan ke Pengadilan Agama Ponorogo.
Editor : Pahlevi