Menilik Alasan Mengapa Minat Anak Muda Terjun ke Dunia Politik Rendah?

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Tingkat ketertarikan anak muda untuk masuk ke partai politik (parpol) berdasarkan hasil riset dan survei Center For Strategic and International Studies (CSIS) diketahui masih rendah dan hanya sekitar 1,1% saja.

Baca juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!

Politikus dari Partai Gerindra, Gerardus Budisatria Djiwandoro menyebut jika rendahnya minat generasi muda adalah karena adanya barrier to entry yang besar. Maka dari itu, menurutnya wajar jika keterwakilan dari anak muda di partai politik tersebut masih sangat rendah.

"Perjuangan politik ini tidak mudah dan tidak murah. Bagi anak mudabarrier to entry-nya besar sekali. Saya merasakan itu," ujar Budi dalam diskusi virtual di kanal YouTube CSIS Indonesia, Kamis (16/3/2023).

Selama bergabung di partai politik, sambungnya, dia mengaku bahwa segmentasi usia 17 35 tahun sangat sulit untuk disentuh. Bahkan mengajak masuk ke dunia politik praktis pun susah.

Dirinya menerka bahwa kesulitan ini disebabkan para anak muda yang berusia produktif itu mempunyai cara pandang, ide dan cita-cita yang berbeda dan berubah-ubah. Tak hanya itu, anak-anak muda juga mempunyai kesibukan masing-masing. Hal tersebutlah yang membuat parpol kesulitan untuk meyakinkan bahwa suara mereka berarti.

"Apalagi mengajak bergabung jadi kader sayap parpol atau parpol langsung," ucap dia.

Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?

Terkait cara-cara yang dibutuhkan demi menggaet anak muda, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI ini mengaku jika Partai Gerindra mempersiapkan strategi untuk mengajak anak muda masuk ke dalam parpol. Bahkan, strategi itu diklaimnya sudah dipikirkan selama bertahun-tahun.

"Walaupun memang hasilnya sulit terukur. Lumayan sih, tapi enggak besar. Ya memang ada cara untuk menggaet anak muda masuk politik tapi itu harus dilakukan dengan kerja bertahun-tahun," beber Budi.

Sementara itu, Ketua DPP Partai Perindro Michael Sianipar mengakui bahwa dunia politik memang belum terlalu ramah kepada anak muda. Bahkan, dia menyebut jika sejumlah rekan dan politisi muda yang dikenalnya dan sekarang duduk di parlemen merasa was-was dan takut.

Baca juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim

Dia menjelaskan alasan dari ketakutan tersebut yakni masih samarnya sistem pemilu 2024 serta ada kemungkinan jika sistem pemilu berubah dan disahkan dari proporsional terbuka menjadi tertutup.

Mantan petinggi dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta itu menegaskan bahwa potensi anak muda untuk menduduki kursi parlemen akan semakin kecil apabila sistem itu diketok palu.

"Jika sistem proporsional tertutup, maka yang jadi di parlemen adalah mereka yang senior di partai dan tentu itu merugikan anak muda yang ingin terjun ke politik," tutur Michael.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru