Optika.id - Partai PDI Perjuangan seringkali menyebutkan bakal calon wakil presiden (bacawapres) untuk Ganjar Pranowo sebagai bagian dari propaganda.
Baca juga: PDIP Tegaskan Tak Kekurangan Stok Pemimpin untuk Pilkada Jawa Tengah
Menurut analisis Dedi Kurnia Syah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), PDIP mungkin sedang mengalami krisis kepercayaan diri. Di satu sisi, mereka memiliki dominasi, tetapi di sisi lain, mereka mulai meragukan diri karena banyak partai yang tidak menunjukkan minat terhadap PDIP.
Pandangan ini didasarkan pada sikap politik PDIP yang sering kali menyebutkan beberapa tokoh dari partai lain, bahkan di luar koalisi mereka, sebagai bakal calon wakil presiden untuk Ganjar Pranowo. Hal ini mencerminkan kesan propaganda dalam penunjukan bacawapres Ganjar Pranowo. Beberapa nama yang diusung termasuk Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gubernur Jawa Barat sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ridwan Kamil.
"Situasi itu diciptakan agar terkesan PDIP sebagai partai terbuka yang memberi peluang pada banyak tokoh, termasuk AHY, meskipun sebenarnya PDIP memiliki pilihan sendiri dan memungkinkan nama-nama yang mereka sebut tidak masuk dalam radar elit PDIP, terutama Joko Widodo dan Megawati," jelas Dedi Kurnia Syah, Jumat (30/6/2023).
Baca juga: Ini Kata PDIP Soal Pelegalan Politik Uang di Pemilu
Dedi menambahkan bahwa propaganda yang dilakukan oleh PDIP dapat mencerminkan ketidakpercayaan diri partai yang memenangkan Pemilu 2019 ini. PDIP mengalami keraguan karena banyak partai tidak tertarik terhadap mereka.
Selain itu, jika melihat karakter Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam menentukan calon wakil presiden, PDIP ingin mengulangi skema pemilihan cawapres untuk Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019, di mana pendamping Jokowi adalah Maruf Amin dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Baca juga: PDIP Tugaskan Ganjar untuk Pemenangan Pilkada Serentak
PDIP sedang mencari tokoh seperti itu untuk mendampingi Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024.
"Jika melihat karakter Megawati, terdapat kesan bahwa Ganjar akan dipasangkan dengan tokoh senior dari NU. PDIP termasuk partai yang ingin menguasai kekuasaan secara penuh. Jadi, jika mereka menang, sulit bagi mereka untuk berbagi kekuasaan dengan pihak lain. Oleh karena itu, memilih cawapres yang pasif seperti Maruf Amin masih menjadi pilihan mereka," tambahnya.
Editor : Pahlevi