Optika.id - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) sekaligus Wakil Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan, Pemilih dan Partisipasi Masyarakat, Betty Epsilon Idroos dalam keterangannya mengatakan jika pihaknya sudah melakukan beberapa program pendidikan pemilih dengan target kawula muda. Misalnya, sosialisasi pengenalan pemilu kepada siswa SLTA secara tatap muka dan rutin.
Baca juga: Meneropong Pilkada Sidoarjo: Ujian Kepercayaan Publik
Betty menilai, upaya tersebut bertujuan agar pemilih muda yang rata-rata generasi Z alias Gen Z ini makin melek terhadap politik, berpartisipasi secara aktif, dan bijak berpolitik.
Adapun program yang dilaksanakan mencakup sosialisasi dan pendidikan pemilih dengan menggandeng mitra kerja yang bersegmentasi pada pemilih pemula, melakukan video sosialisasi pemilih pemula, menggelar sayembara video serta kirab pemilu, dan lain sebagainya. Bahkan, pada Agustus ini, pihaknya menggelar program lain seperti KPU Goes to Campus, SLTA dan Pesantren.
Di sisi lain, Betty menyebut jika para pemilih mula ini memanfaatkan gerakan masyarakat yang netral untuk membantu memetakan konsep mereka serta lebih mengenal program, tahapan, serta pentingnya menggunakan hak suara dalam pemilu nanti. Misalnya saja, gerakan bertajuk Bijak Memilih yang diinisiasi oleh What is Up, Indonesia? bersama Think Policy.
Dalam keterangan yang sama, Abigail Limuria selaku salah satu pendiri gerakan Bijak Memilih menyebut jika pihaknya mengumpulkan data yang relevan serta mudah dicerna oleh kalangan pemilih pemula. Harapannya agar Gen Z mudah memahami dan menggunakan hak pilihnya berdasarkan data, bukan katanya.
Jadi kita kumpulkan data-data yang relevan, kitapresentdengan format yang gampang untuk di-digest(dicerna). Terus selain diwebsite, kita ada kampanyeonline, roadshowjugaofflinesupaya dengan tujuan pemilih muda itu bisa memilih berdasarkan data, kata Abigail dalam keterangan yang diterima Optika.id, Selasa (8/8/2023).
Baca juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!
Dia yakin bahwa para pemilih bisa melihat rekam jejak serta agenda prioritas yang diusung oleh para calon wakil rakyat melalui program tersebut.
"Misalnya isu-isu korupsi bisa dilihat dari UU KPK.Nah, itu kita jabarkan,tuh.Jadi merekavoting,misal untuk RUU KPK atau misal RUU KUHP. Hal-hal kayak gitu.Gimana, sih,voting history (riwayat pemungutan suara). Supaya kelihatan,oh,mana nih partai yang lebihaligned(selaras) sama pilihan saya berdasarkan isu, ucapnya.
Sementara itu, untuk memanfaatkan potensi Gen Z dalam Pemilu 2024, dia menyarankan agar para pemangku kepentingan tetap berupaya mengajak pemilih muda dalam partisipasi politik secara aktif. Upaya yang bisa ditempuh adalah memperbaiki komunikasi antara pihak terkait dengan pemilih muda itu.
Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Biarkan saja mereka bersuara, biarkan saja mereka mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang parpol, calon yang mereka usung, visi misinya, dan lain sebagainya. Selayaknya tunas yang baru tumbuh, kita jangan membatasi mereka. Biarkan saja mereka mencari tahu karena itu bagian dari proses politik. Dan itu penting untuk demokrasi bangsa, ujar Abigail.
Di sisi lain dirinya tidak menampik bahwa banyak usaha yang dilakukan oleh para penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu yang berupaya untuk melibatkan anak muda. Namun, anak muda yang enggan untuk terlibat ini bisa jadi karena KPU dan Bawaslu yang tidak bisa ikut arus anak muda, serta terlalu kaku dengan gaya masing-masing sehingga maksud mereka kurang tersampaikan.
"Jadi kesannya kayakoutdated(basi) danenggakrelevan. Mungkin bisa di-update(diperbaharui) juga cara merangkul mereka supaya lebih nyambunglah dengan bahasa-bahasa mereka, pungkasnya.
Editor : Pahlevi