Optika.id - Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak menilai bahwa munculnya calon legislative (Caleg) yang berasal dari kalangan anak muda merupakan kabar gembira. Pasalnya, kesadaran anak-anak muda untuk melek politik dan terjun ke parlemen dipandang sebagai sinyal positif adanya usaha sirkulasi elite politik.
Baca juga: Pengamat Politik Sebut Pilkada Bukan Pesta Rakyat, tapi Pesta Elite Parpol
Mereka melihat partisipasi dalam demokrasi sangat penting dan sadar bahwa politik saat ini memang perlu perubahan. Setidaknya dari perspektif aspirasi pemuda (milenial dan gen Z), merasa representasi politik mereka sangat minimal, kata Zaki kepada Optika.id, Kamis (10/8/2023).
Zaki menyebut bahwa anak muda yang mencalonkan diri sebagai caleg di beberapa parpol patut diberi apresiasi. Sebab, dalam kadar tertentu anak-anak muda ini bisa mengimbangi pola pikir politisi tua yang cenderung sudah tidak mempunyai gagasan segar dan dianggap ketinggalan jaman.
Dalam budaya politik, sambungnya, hal tersebut dikenal dengan tumbuhnya political efficacy yakni anak-anak muda mulai menyadari posisinya penting serta bisa memengaruhi kebijakan.
Mereka masuk ke gelanggang bukan lagi dengan tangan kosong, tapi sudah membawa konsep, ujarnya.
Lebih lanjut, Zaki mengamati bahwa ide-ide yang diusung oleh para caleg muda ini cukup segar, menantang, dan sesuai dengan aspirasi generasi mereka alias Gen Z karena menyentuh persoalan substansial dan krusial misalnya perubahan iklim, pencemaran udara, lingkungan hingga krisis pangan. Isu-isu tersebut selama ini menurut Zaki kurang tersentuh dalam politik konvensional yang tak lagi segar.
Meskipun isu-isu yang ditawarkan cukup segar dan menyentuh hal yang substansial, namun Zaki menegaskan bahwa bukan perkara gampang bagi caleg muda untuk berlaga di pertarungan politik praktis. Pasalnya, selama ini politisi senior masih mengendalikan sistem di sejumlah parpol meskipun parpol tersebut digadang-gadang adalah parpol anak muda. Agar bisa bersaing dengan politisi senior, Zaki menyarankan agar caleg muda ini membuat terobosan misalnya membuat kaukus caleg muda sebagai jejaring untuk memperkuat posisi politik mereka.
Selain itu, para caleg muda ini bisa membuat terobosan lain seperti mengefektifkan media sosial yang banyak digemari oleh kawula muda. Hal ini dilakukan agar pendekatan yang dilakukan oleh caleg muda tidak konvensional dan bisa menembus tembok politisi senior.
"Tantangannya tidak mudah. Mereka masuk dalam ruang yang sudah lama dicengkeram oleh para politikus yang lebih senior dengan pengalaman, pengaruh, dan sumber daya finansial yang lebih kuat, tuturnya.
Baca juga: Analis Sebut Wajar PDIP Tak Bersama Anies, Bukan Elektoral Penentu Utama
Zaki mengamati bahwa sejauh ini regenerasi politik di sejumlah parpol mengalami kebuntuan. Persoalannya adalah banyak dari politikus senior yang wegah alias enggan turun kasta dengan mengganti posisinya oleh politikus muda ini. Masih banyak politikus dan anggota DPR yang masih eksis dan muncul sejak pemilu pertama setelah reformasi pada tahun 1999 silam.
Mereka yang mengendalikan dan seolah tahu seluk beluk. Ini jelas tidak sehat. Isu Indonesia membutuhkan regenerasi politik untuk demokrasi yang sehat harus diangkat oleh caleg- caleg muda, jelasnya.
Lebih lanjut, Zaki menyambut antusiasme anak muda yang terjun menjadi caleg dan meramaikan kursi di DPR dan DPRD. Apabila mereka berhasil meraup suara dari kalangan pemilih pemula yang populasinya lumayan besar, maka tak ayal gelombang perubahan di politik akan semakin baru dan segar.
"Dengan jumlah pemilih muda (milenial dan gen Z) yang sekitar 60%, jika dapat digerakkan akan menjadi gelombang besar perubahan, kata dia.
Dihubungi secara terpisah, Wasisto Raharjo Jati selaku peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai bahwa kemunculan caleg muda ini dimaknai sebagai sinyal positif dari estafet kepemimpinan. Namun, dia menyayangkan bahwa saat ini caleg muda yang eksis belum mencerminkan masyarakat arus bawah lantaran mereka berasal dari kalangan menengah ke atas dan merupakan bagian dari keluarga elite parpol itu sendiri.
Baca juga: Pengamat Sebut Anies Segera Gabung Partai, Tak Selamanya Bisa Independen!
"Latar belakang inilah yang mungkin belum banyak mewakili generasi milenial Indonesia, yang sebagian besar masih menengah ke bawah," ucap Wasisto, Kamis (10/8/2023)
Di satu sisi, dia melihat bahwa munculnya caleg muda di sejumlah parpol berkaitan erat dengan strategi merebut hati pemilih muda yang diprediksi mendominasi Pemilu 2024 nanti. Namun yang perlu digarisbawahi adalah preferensi politik milenial masih menyasar pada caleg generasi senior sehingga PR mereka lebih besar.
Pasalnya, dia menganggap saat ini tindak tanduk caleg muda masih dikendalikan oleh politisi senior sehingga mereka tidak bebas bergerak dan tidak bebas menyerap aspirasi sesuai dengan visi misi maupun kata hatinya. Alhasil, kemunculan caleg muda, kata Wasisto, lebih memperlihatkan hubungan lingkar politik lama partai.
"Regenerasi memang mulai terlihat, namun perlahan. Karena akses untuk bisa (naik ke) panggung politik masih terbatas pada lingkar elitis," pungkasnya.
Editor : Pahlevi