Jangan Gunakan Dua Bahasa Agar Anak Tak Terlambat Bicara

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Banyak hal yang harus diperhatikan oleh para orang tua dalam proses tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah memberikan stimulasi. Dengan memberikan stimulasi sebagai bagian dari pola pengasuhan, pertumbuhan anak pun bakal menjadi optimal nantinya.

Baca juga: Konsumsi Asam Folat Secara Berlebihan Ternyata Tidak Baik Untuk Ibu Hamil!

Sebagai contoh adalah soal bicara. Apabila orang tua jarang memberikan stimulasi pada anak dengan aktif mengajak bicara, maka besar kemungkinan di kemudian hari sang anak akan mengalami terlambat bicara.

Kalau kita persentasekan, 95% lebih karena gangguan input stimulasi sehari-hari untuk anak yang terlambat bicara, sisanya 5% antara gangguan pendengarannya dan gangguan daripada di otaknya, ucap Ketua UKK tumbuh kembang pediatri sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Ahmad Suryawan, dikutip dari keterangannya, Selasa (19/9/2023).

Menurut keterangan Ahmad, secara umum berdasarkan pengalaman ada tiga poin yang memengaruhi faktor anak yang terlambat bicara. Pertama adalah kerusakan otak yang menyangkut daripada proses aktivitas kelistrikan bicara otak anak.

Kedua, adalah gangguan pendengaran, serta ketiga yakni disfungsi daripada input stimulasi sehari-hari dari lingkungannya.

Akan tetapi, gangguan pendengaran dan gangguan otak hanya memegang peranan yang kecil yakni sebesar 5%. Sementara itu, pada usia 2 tahun orang tua banyak mengeluh mengenai keterbatasan kemampuan bicara anak mereka. Ahmad menegaskan bahwa ada faktor stimulasi yang kurang selama lebih dari satu tahun ke belakang.

Ahmad menjelaskan bahwa faktor dari kurangnya stimulasi itu sendiri saat ini disebabkan karena anak yang terlanjur dijejali gawai sehingga kecanduan. Alhasil, waktu layar yang digunakan mereka pun meningkat. Untuk hal tersebut, dia menyarankan agar orang tua menerapkan metode time out untuk menurunkan waktu layar serta mengimbanginya dengan melakukan aktivitas di rumah yang bisa melibatkan interaksi antara orang tua dan anak.

Baca juga: Kenali Post Partum Blues, Depresi Pasca Melahirkan yang Bisa Menyerang Ibu

Imbangi kegiatan di rumah, itu sangat harus responsif, ajak interaktif dengan ada permainan fisik seperti berlari, melompat, atau non fisik seperti menggunting, menempel atau bermain air, ujarnya.

Sementara itu, dalam keterangan yang sama Ketua Divisi Tumbuh Kembang Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya menyebut bahwa keterbatasan kemampuan bicara anak juga bisa disebabkan oleh banyaknya paparan bahasa lain selain bahasa baku atau bahasa ibu yang digunakan oleh orang rumah sehari-harinya.

Dia pun menyarankan agar anak jangan dulu dikenalkan dengan bahasa kedua yang jarang diucapkan di sekitar lingkungannya apabila anak masih belum fasih berbicara Bahasa baku sehari-harinya. Hal ini dilakukan agar anak tidak kesulitan dalam menggunakan dan menyerap bahasa.

Baca juga: Kemenkes Jelaskan Pentingnya KB Pasca Persalinan

Sebaliknya, kalau di rumah itu bahasa keduanya dimasukkan setelah bahasa baku dimengerti, anak itu akan kaya bahasa, kata Wawan.

Lebih lanjut dia mengimbau agar para orang tua tidak menggunakan dua Bahasa atau bilingual pada anak yang terindikasi lamban bicara. Gunakan Bahasa baku atau Bahasa ibu terlebih dulu untuk memperkaya kosakata anak.

Jika sudah fasih, bahasa kedua bisa mulai diterapkan secara perlahan agar anak tidak terbebani dengan banyak bahasa.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru