Kenali Post Partum Blues, Depresi Pasca Melahirkan yang Bisa Menyerang Ibu

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Sabtu, 18 Nov 2023 14:20 WIB

Kenali Post Partum Blues, Depresi Pasca Melahirkan yang Bisa Menyerang Ibu

Optika.id - Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), Cepi Teguh Pramayadi menyebut bahwa ada beberapa hormone yang meningkat selama kehamilan akan menurun cukup drastic pasca melahirkan. Misalnya, hormone progesteraon, esterogen, dan beta Human Chorionic Gondadotropin (HCG).

Alhasil, penurunan hormone-hormon tersebut dapat memengaruhi suasana hati atau mood swing pada ibu, bahkan ibu bisa terkena depresi, adapun kondisi tersebut dinamakan post partaum blues.

Baca Juga: Pemilu Sebabkan Banyak Orang Stres, Ini Cara Mengatasinya

"Rupanya memang pengaruh adanya penurunan hormon progesteron menyebabkan beberapa wanita akan mengalami postpartum blues," ucap Cepi dalam keterangannya, dikutip Optika.id, Sabtu (18/11/2023).

Cepi menyebut, berdasarkan penelitian, masa post partum normalnya berlangsung antara enam sampai delapan minggu. Akan tetapi, hal tersebut bisa berlanjut tergantung dari kondisi psikologis masing-masing individu.

"Post partum berlangsung antara enam sampai delapan minggu, jadi bisa selesai sampai masa nifas, normalnya seperti itu apakah berlanjut apa enggak tergantung dari individu tersebut," kata dia.

Lebih lanjut, untuk meringankan beban ibu dan menghindari depresi pasca melahirkan, Cepi menekankan pendampingan dari suami dan keluarga terdekat agar bisa menjadi dukungan pada ibu serta proses mengasuh bayi hingga menyusui tidak menjadi sebuah beban bagi ibu.

Baca Juga: Alami Baby Blues, Kapan Sebaiknya Ibu Pergi ke Psikolog?

Tak hanya dukungan moril, sang ibu juga dianjurkan untuk tetap mengonsumsi vitamin selama kehamilan agar nutrisi selama menyusui tetap terjaga serta membantu imun sang ibu tetap kuat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Saat melahirkan kita malah punya PR lebih besar harus begadang jadi harus cukup asupan nutrisi karena akan melakukan ASI eksklusif, sehingga kalau kita masih ada suplemen selama hamil itu masih bisa diteruskan agar imunnya tidak turun dan tetap sehat dan bugar," ujarnya.

Selain menurunnya hormone progesterone dan esteroggen, hormone beta HCG juga akan menurun, akan tetapi hal ini justru berimbas pada kenaikan hormone lainnya seperti hormone prolactin yang berguna sebagai kontrasepsi pencegah kehamilan serta meningkatkan produksi ASI.

Baca Juga: Stres Pasca Pemilu Bayangi Pendukung yang Jagoannya Kalah, Bahaya Bagi Mental?

Selanjutnya, hormone lain yang mengalami peningkatan pasca bersalin adalah oksitosin yang memiliki peran dalam pelepasan ari-ari sehingga dapat mencegah terjadinya pendarahan usai persalinan dan membantu rahim kembali pada ukuran semula sampai masa nifas selesai yakni 40 hari.

"Prolaktin yang tinggi akan menekan sel telur yang baru supaya tidak subur, sehingga ASI eksklusif dianggap sebagai kontrasepsi paling murah, tidak perlu biaya karena dengan ASI eksklusif dapat mencegah kehamilan," ungkapnya.

Jika depresi pasca melahirkan sudah cukup mengganggu ibu, maka dia menyarankan untuk segera melakukan terapi atau berkonsultasi dengan tenaga profesional.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU