Optika.id - Ketiga calon presiden untuk Pemilu 2024, Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berlomba-lomba dalam keheningan untuk meraup suara dari wilayah yang digadang-gadang akan menjadi kunci kemenangan mereka pada 2024 nanti.
Baca juga: Meneropong Pilkada Sidoarjo: Ujian Kepercayaan Publik
Adapun wilayah yang dimaksud yakni Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dua provinsi di Pulau Jawa tersebut konon menjadi lumbung suara terbesar kedua dan ketiga setelah Jawa Barat. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Jabar jauh lebih kompetitif lantaran dalam empat periode pemilu terakhir, parpol pemenang di Jawa Barat selalu berbeda.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Jatim pada 2023 tercatat ada sebanyak 41.416.407 jiwa. Sementara Jateng mencapai 37.032.410 jiwa pada tahun 2022. Pada Pemilu 2024, sebanyak 31.402.838 masyarakat Jatim masuk ke dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sementara di Jateng pada Pemilu 2024, masyarakat yang masuk dalam DTP 2024 sebanyak 28.289.413 jiwa.
Usep Saepul Ahyar selaku Pengamat Politik dari Populi Center menilai bahwa secara populasi, Pulau Jawa memang terbesar dan menjadi kunci dalam menentukan suara kemenangan pada Pilpres. Khususnya di tiga besar provinsi yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Jawa ini kan 50 sekian persen hampir setengah lebih persen penduduk yang terdaftar di DPT ada di Pulau Jawa. Jadi Jawa secara keseluruhan memang kunci kemenangan, ujar Usep kepada Optika.id, Senin (25/9/2023).
Secara karakteristik pun menurutnya baik Jatim maupun Jateng mempunyai kesamaan sehingga keduanya dianggap sebagai wilayah penentu kemenangan Pilpres. Yang dimaksud dengan kesamaan misalnya Jatim memiliki kultural seperti Mataraman dan Tapal Kuda yang beririsan dengan masyarakat Jateng.
Jatim dan Jateng mungkin karena karakternya hampir sama. Walaupun sebetulnya tidak bisa disamakan banget. Bahkan Jatim itu ada sebagian karakternya mirip Jateng, makanya disebut Mataraman," katanya.
Baca juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!
Adapun karakteristik lain secara umum yakni kultur keagamaan. Basis tradisional yang identic dengan NU dan nasionalis antara kedua wilayah tersebut sama-sama kuat. Secara ekonomi, imbuh Saepul, juga agak mirip. Dan nasionalisme dari kedua wilayah itu juga sama. Hal tersebut yang menurutnya merupakan basis yang dikatakan sebagai satuan antara Jatim Jateng.
Basis lainnya apabila dilihat dari sisi pertarungan partai politik, pemegang suara terbesar pada Jatim dan Jateng pun sama yakni PDIP dan PKB. Kendati demikian, PKB di Jateng masih menjadi runner up dan PDIP mendapatkan predikat pertama di Jateng. Hal ini tercermin dari Pemilu 2019 lalu.
Berdasarkan data dari KPU, PDIP meraup suara di Jateng sebanyak 19,33% atau setara dengan 27,05 juta suara sah nasional. Dari jumlah tersebut, Jateng menyumbang sebanyak 5,77 juta suara atau 21,32% suara sah nasional yang diraih oleh PDIP pada Pemilu 2019 silam.
Berikutnya, perolehan suara terbesar PDIP berasal dari Jatim dengan jumlah 4,32 juta suara. Disusul oleh Jabar dengan 3,51 juta suara, DKI Jakarta sebanyak 1,63 juta suara, dan Sumatera Utara sebanyak 1,4 juta suara.
Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Sementara itu di Jatim PDIP berhasil meraih suara terbanyak pada Pemilu 2019 lalu. Berdasarkan data dari KPU, sebanyak 4,32 juta suara sah di Jawa Timur berhasil dikutip oleh PDIP. Posisi PDIP ini nyatanya ditempeli secara ketat oleh PKB.
Pada pemilu 2019, PKB bisa menyabet sebanyak 4,2 juta suara. Disusul oleh Partai Gerindra dengan 2,41 juta suara. Dari total 16 partai politik yang menjadi peserta Pemilu 2019 di Jawa Timur, sebanyak 8 parpol berhasil meraih suara di atas 4n 8 parpol sisanya meraih suara kurang dari 4%.
Pemenangnya mirip-mirip irisan PDIP, PKB. Di antara itu, ungkapnya.
Editor : Pahlevi