Optika.id - Image dinasti politik yang tersemat pada Joko Widodo (Jokowi) dan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka dinilai oleh Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Ari Nurcahyo membuat Prabowo Subianto berada dalam posisi dilematis untuk meminang Gibran sebagai cawapresnya.
Secara elektoral, ungkapnya, Gibran diprediksi akan mampu meningkatkan suara Prabowo sebesar 4%. Sementara itu, apabila Gibran dipinang sebagai cawapres, maka Prabowo akan dianggap oleh publik mendukung dinasti politik.
Baca juga: Presiden Prabowo akan Hadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang
"Posisinya jadi dilematis, bisa maju terus dengan risiko yang ada, atau ganti skenario," ujar Ari dalam diskusi di Kantor PARA Syndicate, Jakarta Selatan, Jumat (20/10/2023).
Adapun Ari menjelaskan bahwa adanya pergeseran politik ini disebabkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai batas usia capres-cawapres yang sarat akan kepentingan politik, apalagi politik keluarga. Putusan tersebut pada akhirnya menjadi boomerang kepada kedua kubu baik Jokowi dan Prabowo yang dikaitkan dengan isu dinasti politik.
"Kontroversi itu membuat kubu Prabowo berpikir ulang menjadikan Gibran sebagai cawapres. Masih dihitung apakah menimbulkan keuntungan politik atau enggak," kata dia.
Saat ini menurut Ari, kubu Prabowo sedang menimbang segala kemungkinan yang ada. Salah satunya adalah berkomunikasi dengan nama-nama potensial lainnya seperti Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Erick Thohir.
Baca juga: Kado Awal Tahun: UMP Naik 6,5 Persen, Kesejahteraan Guru Meningkat Signifikan di 2025
Meskipun demikian, dia menilai jika Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang berisi Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN dan Partai Demokrat ini bakal pecah. Adapun faktor utama yang mengancam pecahnya koalisi tersebut adalah faktor pemilihan cawapres.
"Koalisi Prabowo sekarang sedang ada dalam posisi quo vadis, kemana arahnya? Apakah bisa tetap solid atau pecah. Tergantung sosok cawapresnya," jelasnya.
Prabowo, imbuhnya, akan menghadapi konsekuensi politik yang ada apabila dirinya tetap meminang Gibran sebagai cawapresnya. Jika hal tersebut terjadi, maka koalisi akan tetap solid dengan Gibran yang menjadi kader Golkar serta jatah cawapres untuk Golkar terpenuhi.
Baca juga: Rezim Gemoy Tapi Duit Cupet
Hal yang terjadi akan sebaliknya apabila Prabowo mengambil Erick Thohir sebagai cawapres. Maka potensi KIM pecah menjadi kian terbuka. Skenario yang terjadi, Partai Golkar bisa saja meninggalkan koalisi.
Ari juga menyebut bahwa koalisi akan lebih besar pecah jika Prabowo memilih Khofifah sebagai cawapresnya. PAN dan Golkar diprediksi akan keluar dari koalisi serta membentuk sebuah poros baru dengan capres Airlangga Hartanto dan Erick Thohir sebagai cawapresnya.
"Kalau bukan Gibran yang diambil, kuat dugaan saya Golkar akan keluar koalisi. Golkar adalah partai yang jumlah kursinya nomor dua terbesar di parlemen. Ngapain jadi partai pasif di koalisi," pungkas Ari.
Editor : Pahlevi