Optika.id - Penduduk dunia sejak lama telah berjibaku dengan masalah kesehatan yang diakibatkan oleh rokok. Dalam rokok, kandungan nikotin diketahui menjadi faktor risiko yang menyebabkan banyak penyakit mulai dari stroke, jantung, kanker, impotensi hingga gangguan kehamilan atau infertilitas. Sejalan dengan faktor risiko tersebut, ada juga berbagai cara yang dilakukan untuk mengurangi konsumsi rokok mulai dari kenaikan harga jual rokok hingga menciptakan berbagai alat bantu untuk tujuan tersebut.
Dikutip dari keterangannya, Minggu (12/11/2023) Dokter Spesialis Paru, Agus Dwi Susanto menjelaskan bahwa salah satu produk yang diciptakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap tembakau adalah dengan cara rokok elektrik yang saat ini sudah beredar banyak macam rokok elektrik.
Baca juga: Kebiasaan Vape Bisa Akibatkan EVALI, Penyakit Paru yang Suka Nyaru
Generasi muda saat ini juga sedang menggandrungi vape sebagai primadona pengganti rokok. Rokok elektrik ini menggunakan sistem penguapan untuk menghasilkan asap putih seperti pada rokok konvensional. Vape juga dibuat lebih menarik dengan berbagai varian rasa. Agus juga tak menampik bahwa pada awalnya rokok elektrik memang diciptakan untuk membantu perokok meninggalkan tembakau.
Sayangnya, pemahaman tersebut saat ini sudah bergeser. Rokok elektrik tidak lagi dimanfaatkan untuk membantu agar seseorang berhenti merokok, tetapi justru dikonsumsi sebagai alat baru untuk memasukkan nikotin dalam tubuh.
Terapi Pengganti Nikotin
Lebih lanjut, untuk berhenti dari kecanduan rokok, sebenarnya telah dikenal dengan istilah nicotine replacement therapy (NRT) atau terapi pengganti nikotin.
dalam kategori ini, rokok elektrik termasuk ke dalam rendah nikotin. Apabila benar-benar ingin memanfaatkan rokok elektrik untuk berhenti menghisap tembakau, maka Agus menjelaskan ada beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu.
Baca juga: Komitmen Pengendalian Tembakau Masing-Masing Capres Dipertanyakan
Yang pertama adalah penggunanya harus sesuai dengan pengawasan tenaga medis. Agus menyebut jika dosis nikotin pada terapi NRT harus diatur dari dosis maksimal hingga dosis terkecil.
Sementara yang kedua adalah penggunaannya harus dibatasi oleh waktu.
Biasanya terapi NRT sampai 3 bulan. Jadi kalau ada yang pakai rokok elektrik agar bisa berhenti merokok, harus dilihat pemakaiannya sampai berapa lama, ujarnya.
Jenis-jenis NRT
Baca juga: INDEF: Kerugian Ekonomi RI Akibat RPP Kesehatan Tembus Rp103 Triliun
Sementara itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggi Gayatri dan Arini Setyawati dari Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama dengan Agus Dwi Susanto tentang pemanfaatan NRT ini menjelaskan bahwa untuk seseorang bisa berhenti merokok secara tuntas, maka diperlukan intervensi farmakologis dan konseling. Salah satu terapi yang direkomendasikan yakni pemberian nikotin bukan melalui rokok atau NRT.
Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Cermin Dunia Kedokteran (CDK) tersebut dijelaskan bahwa NRT tersedia dalam beberapa bentuk mulai dari nikotin transdermal yang memanfaatkan jaringan kulit, tablet hisap, permen karet, inhaler, tablet sublingual, serta alat semprot. Karena, pada dasarnya NRT bertujuan untuk menggantikan nikotin yang sebelumnya diperoleh dari rokok itu sendiri.
NRT bekerja dengan mengurangi gejala putus nikotin, mengurangi efek nikotin, dan memberikan efek yang sebelumnya didapatkan dari rokok.
Editor : Pahlevi