Prabowo Panggil Influencer Buat Makan Siang, Strategi Politik Apa Lagi?

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Calon presiden (capres) yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto baru-baru ini menjamu sejumlah publik figure dan influencer Tanah Air untuk makan siang di Kantor Kementerian Pertahanan pada Rabu (29/11/2023).

Adapun publik figure dan influencer yang diundang di antaranya adalah Raffi Ahmad sekeluarga, Iko Uwais, Nirina Zubir, Fuji, Alshad Ahmad dan Keanu Agl. Raffi Ahmad sekeluarga dalam keterangan resminya membagikan pengalaman ketika mereka bertemu dengan Prabowo. Nagita Slavina, istri Raffi Ahmad dan anaknya, Rayyanza yang akrab dipanggil Cipung, disambut dengan hangat oleh Prabowo.

Baca juga: Presiden Prabowo akan Hadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang

Keterlibatan publik figure dan influencer di ranah politik tersebut umum dilakukan. Menurut peneliti dari Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI), Wawan Kurniawan, para influencer maupun publik figure itu akan meningkatkan kesadaran publik terhadap paslon yang mereka dukung. Hal itulah di balik alasan mengapa Prabowo mengundang para pesohor Tanah Air untuk makan siang.

Ada juga efek halo yang ditimbulkan dengan kondisi ini, di mana persepsi positif tentang seseorang dalam satu area, misalnya, popularitas atau keahlian dalam bidang tertentu, dapat mempengaruhi persepsi kita tentang mereka di area lain seperti politik, kata Wawan, Senin (4/12/2023).

Influencer dan publik figure, ujar Wawan, dianggap mempunyai kredibilitas tinggi. Maka dari itu, dukungan dan keberpihakan mereka secara terang-terangan terhadap paslon tersebut dapat meningkatkan elektabilitas dan persepsi positif terhadap paslon tersebut.

Lebih lanjut, Wawan menjelaskan dalam psikologi sosial, ada perbedaan antara pengaruh yang dilakukan secara terbuka mendukung paslon atau eksplisit dengan pengaruh yang dilakukan secara implisit alias bertemu atau memuji paslon tanpa menyatakan dukungannya secara langsung.

Pengaruh implisit ini seringkali lebih halus dan bisa lebih efektif karena kurang terasa seperti upaya persuasi langsung, yang mungkin lebih mudah diterima oleh audiens, ucap Wawan.

Baca juga: Kado Awal Tahun: UMP Naik 6,5 Persen, Kesejahteraan Guru Meningkat Signifikan di 2025

Di sisi lain, penggunaan influencer dan publik figure juga memiliki risikonya sendiri. yakni bisa menggeser fokus kampanye dari isu substantive ke popularitas dan hiburan sehingga melahirkan hiburan politik yang baru dan hal tersebut bisa mengurangi diskusi serius mengenai kebijakan serta isu-isu penting.

Mereka kemudian mereduksi itu semua. Lalu enggantinya dengan narasi yang lebih berfokus pada citra dan kepribadian, ungkapnya.

Sementara itu, Kunto Adi Wibowo selaku analisis politik Universitas Padjajaran (Unpad) menilai jika kehadiran publik figure dan influencer di kubu paslon tertentu merupakan bagian dari taktik kampanye. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat Indonesia masih mengandalkan penilaian dari para publik figure dalam menentukan pilihan politik.

Masyarakat, sebut Kunto, mempercayai publik figure karena mereka dianggap lebih kompeten, terbuka, atau alasan-alasan lain seperti hanya ketertarikan belaka. yang jelas, para publik figure memiliki arus permainan kuat untuk terlibat dalam permainan politik.

Baca juga: Rezim Gemoy Tapi Duit Cupet

Memberikan penilaian yang akhirnya mereka akan terima dan ikuti jadi nggak usah mikir berat-berat sudah ada judgmentnya, sudah ada penilaiannya terhadap tokoh-tokoh atau calon-calon, ujar Kunto.

Selain itu, para publik figure ini juga cukup efektif untuk menarik opini pemilih, khususnya generasi muda. Apalagi, jika dukungan publik figure tersebut implisit dan mereka dinilai sebagai orang yang kompeten maupun objektif.

Dianggap objektif, dianggap tidak bias, dianggap ahli, gitu kan, maka penilaian itu akan lebih kredibel, dan akhirnya lebih dipercaya oleh orang, tuturnya.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru