Debat Capres Perdana: Anies Getol Serang Pemerintah, Ganjar Lebih Oportunis

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah mengadakan debat perdana calon presiden (capres) 2024 pada Selasa, (12/12/2023) malam. Kegiatan tersebut mengusung tema terkait pemerintahan, hak asasi manusia (HAM), hukum, penguatan demokrasi, peningkatan pelayanan publik, dan kerukunan warga.

Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, dalam pemaparan awal visi misi, secara jelas dan gamblang langsung mengkritik pemerintahan. Awalnya, dia menyinggung putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka yang bisa maju menjadi cawapres Prabowo Subianto. Anies membandingkan nasib Gibran sebagai anak muda, dengan anak muda lainnya yang dibungkam dan tidak bisa menikmati kebebasannya.

Baca juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!

Pasalnya, generasi milenial dan Z masih ada yang harus berhadapan dengan hukum setelah mengkritik pemerintah. Bahkan, mereka harus mengalami kekerasan dan menjadi sasaran gas air mata aparat ketika mengutarakan aspirasinya.

"Hari ini ada satu orang milenial bisa menjadi cawapres, tetapi ada ribuan milenial-generasi Z yang peduli pada anak bangsa, yang peduli pada mereka yang termarjinalkan ketika mereka berpendapat, ketika mengkritik pemerintah, justru dihadapi kekerasan, benturan, dan bahkan gas air mata," tutur Anies, Selasa (12/12/2023) malam.

Berlanjut, Anies kemudian menyitir kisah tragis yang dialami oleh seorang ibu rumah tangga, Mega Suryani Dewi yang menjadi korban dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suaminya. Mega akhirnya tewas di tangan suaminya lantaran laporan KDRT tidak diproses secara tegas oleh aparat.

Tak hanya itu, Anies kemudian menyinggung kasus tewasnya remaja bernama Harun Al Rasyid (15) dalam tragedy Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI di Jakarta pada tahun 2019 silam. Pendukung Prabowo tersebut meninggal dengan luka tembak misterius. Hingga kini, keluarga Harun masih belum mendapatkan keadilan.

"Karena itu, kami mendedikasikan diri dari puncak sampai ke bawah kami akan tegakan hukum pada siapa saja," kata Anies.

Kontras dengan pendapat Anies, capres nomor urut 2, Prabowo Subianto justru cenderung memuji pemerintahan Jokowi yang menganggap kondisi Indonesia masih stabil dan tidak seseram yang dilontarkan oleh Anies. Prabowo menyebut bahwa kondisi di Indonesia masih terkendali.

Ketua Umum Partai Gerindra itupun sesumbar bahwa Indonesia cenderung aman dan damai lantaran kepemimpinan Jokowi berjalan dengan baik. dia mengklaim bahwa tata pemerintahan Jokowi berhasil.

Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?

Alih-alih menawarkan gagasannya, Prabowo malah meminta agar Anies bersyukur bahwa Indonesia masih aman dan damai di tengah-tengah dunia yang bergejolak dan penuh ketidakpastian, perang, dan konflik.

"Indonesia masih terkendali. Harga-harga masih terkendali. Ekonomi untuk rakyat masih aman. Karena apa? Karena kepemimpinan, karena manajemen negara yang berhasil," ujar Prabowo.

Prabowo pun lanjut memuji Jokowi dan pemerintahannya dengan memaklumi adanya kekurangan dalam pemerintahan Jokowi. Dia berkilah bahwa susah untuk memperhatikan 280 juta rakyat Indonesia. menurutnya, yang terpenting adalah seorang pemimpin bisa menjadi teladan.

"Kita harus arif, kita harus dewasa, dan kita tidak boleh munafik. Pemimpin itu ing ngarso sung tulodo, harus memberi contoh," jelasnya.

Berbeda dengan kubu 01 dan 02 yang terkesan saling serang satu sama lain, capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, justru oportunis dan berupaya untuk tidak menyerang ataupun membela pemerintahan Jokowi yang merupakan koleganya di bawah naungan partai yang sama. Dalam penguatan demokrasi dan peningkatan pelayanan publik, dia menyampaikan akan berkomitmen menjalankan dua hal tersebut jika menang Pilpres 2024 nanti.

Baca juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim

Ganjar pada mulanya menyinggung perihal aktivitasnya yang bersafari dari timur hingga barat Indonesia. hal tersebut dilakukan Ganjar untuk mendengar, mengetahui, dan merasakan masyarakat sehingga dapat menyerap serta memperjuangkan aspirasi yang diterima.

"Di Merauke, kami menemukan pendeta, namanya Pak Leo. Dia harus menolong seorang ibu yang ingin melahirkan karena tidak adanya fasilitas kesehatan. Dia hanya belajar dari YouTube. Maka, kita sampaikan kepada Pendeta Leo, 'Kami akan bangunkan itu dan kami akan kerahkan seluruh Indonesia bahwa satu desa satu puskesmas atau satu pustu dengan satu nakes (tenaga kesehatan) yang ada, ucap Ganjar.

Ganjar kemudian beralih menceritakan pengalamannya ke NTT untuk bersafari dan melihat para siswa setempat, baik yang bersekolah maupun yang sudah lulus, sama-sama mengeluhkan buruknya akses internet untuk belajar, serta minimnya lapangan pekerjaan yang layak bagi mereka.

"Catatan inilah yang mendorong pikiran kami [merumuskan program] internet gratis untuk para siswa yang sedang bersekolah agar mereka punya kesamaan dengan kita yang ada di Jawa," jelasnya.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru