Optika.id - Pakar Ilmu Politik, Saiful Mujani mengklaim jika masyarakat tidak perlu khawatir dengan politik uang. Pasalnya, praktik politik uang ini hanya efektif sekitar 10ri jumlah populasi saja. Dengan kata lain, dari 10 orang, hanya 1 saja yang terpengaruh memilih berdasarkan politik uang saja.
"Mayoritas memilih bukan karena uang, walaupun uangnya diterima. Hanya 10ri populasi yang terpengaruh pada politik uang," ujar Saiful dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/12/2023).
Baca juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!
Hal tersebut, menurut Saiful, yang membuat politik uang terlalu mahal. Pasalnya, politisi yang menggunakan stratei usang ini mestilah menyebar. Dengan spekulasi dari 10 orang yang mendapatkan uang, maka satu orang yang akan memilih pada saat datang ke TPS nanti.
"Banyaknya sudah menyebar uang tapi tidak dapat suara, ya itu faktornya, saat menyebar 10 uang misalnya hanya dapat satu. Bayangkan kalau semua calon melakukan yang sama, maka mengapa itu mahal," beber Saiful.
Dari sisi demografi, sambung pendiri SMRC ini, ada beberapa segmen masyarakat yang tergolong rentan dimanfaatkan oleh politik uang. Misalnya, warga serta perempuan yang tinggal di pedesaan.
Selanjutnya, dari sisi usia, orang yang sudah senior berusia 55 tahun ke atas adalah orang yang paling terdampak. Dari sisi pendidikan dan penghasilan, korban dari politik uang biasanya hanya lulusan SD serta memiliki penghasilan yang rendah.
Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
"Mereka semua termasuk rentan terhadap serbuan politik uang, usia senior kan mungkin sudah pensiun. Sedangkan perempuan kan memang dari sisi ekonomi masih kurang, terutama di desa," papar dia.
Lebih lanjut, secara general Saiful Mujani merinci ada 44% yang menganggap bahwa politik uang ini wajar dilakukan kendati tidak semuanya memilih sesuai dengan instruksi pemberi uang. Namun, 56% lainnya masih memegang integritas untuk menolak politik uang.
Maka dari itu, Saiful mendorong agar Bawaslu ke depannya fokus dalam menjaga dan mengawasi segmen rentan yang ada. Dia berharap agar upaya semacam itu bisa untuk sekadar menekan atau bahkan mengurangi praktik politik uang yang terjadi selama ini dan menjadi ancaman tiap pemilu.
Baca juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
"Bawaslu harus fokus jagain, awasi yang rentan, supaya mereka tidak menjadi korban politik uang," tutur Saiful.
Editor : Pahlevi