Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Kita sering menyaksikan anak-anak muda yang mengendarai motor tanpa helm, dengan rambut punk dan mengeber2 motornya dan menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi dijalan raya dengan perasaan bangga, seakan semua orang dijalan itu dan yang ada dipinggir jalan meng-elu2kan dan bangga dengan tindakan anak-anak muda itu. Padahal sebaliknya semua spectator atau orang yang melihat ulah mereka itu sebenarnya memiliki perasaan marah, benci. Bahkan ada yang mendoakan dengan nuansa negative agar mereka celaka, naudzubillah.
Baca juga: Suriah Jatuh
Analogi dengan kejadian itu adalah cara atau sikap Gibran dalam cepat cawapres 2024 pada hari Minggu malam, tanggal 21 Januari 2024, sikap anak muda yang dianggap banyak orang tidak sopan terhadap orang yang lebih tua, Gibran yang meng-klaim sebagai representasi anak muda, generasi milenial menganggap kaum muda akan bangga dengan sikap dia itu. Padahal kenyataanya sebaliknya malah banyak anak muda yang menyayangkan sikap Gibran yang dianggap Songon atau sombong dan Cringe. Secara bahasa, arti kata cringe sebenarnya merujuk pada perasaan jijik dan ngeri. Ungkapan kata cringe seringkali terdengar dalam bahasa gaul kaum netizen. Biasanya, kata ini digunakan untuk menggambarkan situasi tertentu yang dianggap garing atau kurang lucu.
Banyak orang membahas sikap anak presiden ini ketimbang substansi materi debat cawapres itu, dan ini menjadi topik bahasan netizen di ruang maya. Salah satu yang disoroti adalah strategi Gibran yang terus-menerus melempar serangan ke dua kandidat lainnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan Mahfud MD. Misalnya saja, Gibran menuduh Cak Imin menyontek catatan saat memberikan pemaparan soal isu pertanian dan kelangkaan pupuk. Selanjutnya, saat membahas soal inflasi hijau (green inflation), Gibran mengatakan Mahfud MD takmenjawab pertanyaannya. Gibran tidak banyak membahas kebijakan makro melainkan melontarkan pertanyaan teknis definisi suatu istilah dengan harapan yang ditanya tidak bisa menjawab, dan dia bangga ketika orang lain keteteran menjawab pertanyaannya. Ia bahkan melakukan personifikasi seperti orang yang mencari-cari dengan meletakkan tangannya ke atas jidat. Gibran dengan sikap pantomim nya itu menyebut bahwa ia mencari-cari jawaban dari Mahfud tetapi tak ketemu. Gibran juga berkali-kali mengulang soal Cak Imin yang melihat catatan dan Mahfud dituding mengantuk saat debat cawapres 2024.
Alissa yang merupakan putri sulung Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyayangkan sikap Gibran tersebut. Menurutnya, Gibran seolah menunjukkan sikap melecehkan orang lain, sembari menandai (mention) akun Twitter atau X milik Gibran.
Baca juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi
Tidak hanya Alissa, aktivis Nahdlatul Ulama (NU) dan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Mohamad Guntur Romli juga menilai bahwa Gibran cenderung bersikap sombong dan seolah ingin merendahkan Mahfud Md. Menurutnya, cara yang dilakukan Gibran tidak semestinya muncul dalam debat calon pemimpin negara. "Gaya songong, sombong, dan sengaja ingin merendahkan Prof Mahfud dari Gibran. Cara & rendahan seperti ini tidak layak ditampilkan di debat Cawapres yang terhormat," tulis Guntur dalam cuitannya. Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany menilai bahwa Gibran seolah dianggap tidak sopan karena bersikap keras dan kritis kepada lawan debatnya, karena Cak Imin dan Mahfud lebih tua dari Gibran.
Lagian, Cak Imin dan pak Mahfud MD itu berlatar belakang pesantren yang diajari budaya bagaimana menghormati orang yang lebih tua dan berilmu. Karena itu sikap Gibran yang terkesan melecehkan itu tidak pas dilakukan dalam sebuah debat. Sebuah debat kebangsaan yang membahas hal-hal yang bersifat kebijakan strategis.
Baca juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat
Saya bangga dengan adik-adik mahasiswa sebagai kaum milenial yang berhasil menang dalam ajang debat internasional di luar negeri. Mereka ini sangat paham etika dan tata cara berdebat. Misalnya fokus eye contact dengan lawan bicara, bahasa tubuh atau body language yang santun menghormati lawan bicara dsb. Mereka ini faham akan etiket dalam suatu perdebatanya itu antara lain One of the most important aspects of debate etiquette is to focus on attacking the ideas presented, rather than the people. Attacking an opponent on the personal level only weakens the argument. Instead, debaters should identify flaws in their opponents' reasoning and call their logic into question. ("Salah satu aspek terpenting dari etiket debat adalah fokus menyerang ide-ide yang disajikan, bukan orang-orang. Menyerang lawan pada tingkat pribadi hanya melemahkan argumen. Sebaliknya, debat harus mengidentifikasi kekurangan dalam penalaran lawan mereka dan mempertanyakan logika mereka").
Semoga Gibran sebagai calon pemimpin bangsa melakukan hal yang tidak pantas kepada orang tua itu karena kelalaian atau khilafnya dia sebagai anak muda, dan bukan karena dia mentang-mentang anak presiden yang sedang berkuasa.
Editor : Pahlevi