Jakarta (optika.id) - Publik gaduh dan mempertanyakan netralitas serta keberpihakan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Pasalnya, selama ini PBNU dinilai berpihak pada pasangan calon (paslon) nomor urut 02, Prabowo Subianto Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Kabar ini pertama kali diungkap oleh Nadirsyah Hosen selaku cendekiawan dari NU.
Gus Nadir, sapaan dari Nadirsyah Hosen, membeberkan bahwa sebelumnya seluruh pengurus NU mulai dari cabang (PC), wilayah (PW), hingga pusat (PB) dikumpulkan di sebuah hotel di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Namun, dia tidak merinci lebih jauh kapan kegiatan tersebut berlangsung dana pa bahasan pokoknya.
Baca juga: Makin Kuat, PBNU Desak PKB Tentang Peran Ulama di Partai
"Pengurus Rais 'Aam hadir, Ketua Umum hadir. Rais dan ketua Tanfidziyah seluruh Indonesia, PW-PC [hadir]. Gus Yahya (Ketua Umum PBNU, red) juga hadir. Lengkap," jelasnya, dikutip oleh Optika.id dari akun YouTube Mojokdotco, Jumat (26/1/2024).
Dalam pertemuan tersebut, sambung Gus Nadir, ada instruksi secara tidak tertulis agar menggerakkan struktur organisasi secara massif dalam mendukung paslon nomor urut 02, Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024 nanti.
"Saya mendapat informasi yang saya sudah cek, saya sudah tabayun ke sejumlah kiai sepuh yang hadir, bahwa memang ini menjadi masalah ketika retorika di luar adalah netral, ya, tapi ternyata lain di mulut, lain di pertemuan itu," ucapnya.
Sementara itu, Ketua PBNU Bidang Keagamaan, Ahmad Fahrur Rozi, mengklaim bahwa pernyataan tersebut tidak benar. dirinya membantah bahwa PBNU tidak netral pada Pemilu 2024. Dia mencontohkan bahwa ada penonaktifan sementara lebih dari 60 pengurus yang menjadi calon legislative (caleg) maupun tim sukses (timses) dari paslon 01, 02, maupun 03.
"Dalam jajaran kepengurusan PBNU yang dinonaktifkan terdapat timses dari semua capres (calon presiden). Semua wajib cuti selama musim kampanye agar tidak melibatkan organisasi NU," kata Fahrur.
Senada dengan Fahrur, Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf justru menyebut jika pernyataan yang dilontarkan oleh Gus Nadir memantik para pengikut Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU agar memenangkan Prabowo-Gibran.
Baca juga: Pengurus Kiai PBNU Meminta PKB Diperbaiki, Dulu Diancam Carok Saat Dirikan Partai
"Jadi, mereka bergerak ini dampak dari pernyataan Prof. Nadirsyah karena PBNU tidak pernah menyampaikan atau merilisnya. Dan gerakan ini meluas karena pengikut Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU ini banyak sekali," beber Gus Ipul, sapaannya, dalam keterangannya di media.
Sebagaimana yang kita ketahui, NU merupakan organisasi masyarakat (Ormas) Islam yang terbesar di Indonesia. berdasarkan hasil penelitian dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), jumlah anggota dari NU pada tahun 2023 mencapai 56,9ri total 280 jutaan penduduk Indonesia. angka ini jelas sangat besar dan signifikan.
Menanggapi fenomena PBNU, Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarok menilai jika ditariknya NU ke laga politik praktis tidak bisa dilepaskan dari dorongan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu sendiri. tujuannya tak lain dan tak bukan adalah memenangkan Prabowo-Gibran dalam 1 putaran Pilpres.
"Sehingga, Prabowo dan putra Jokowi tidak perlu bertanding lagi di putaran kedua," ujarnya kepada Optika.id, Jumat (26/1/2024).
Baca juga: Sebut Gus Yahya dan Gus Ipul Politisasi PBNU, Cak Imin: Nggak Sopan!
Apalagi, elektabilitas Prabowo-Gibran stagnan di kisaran 45-47%.
Jika Pilpres 2024 ini berlangsung selama 2 putaran, tutur Zaki, maka Prabowo-Gibran dipastikan bakal canggung. Khususnya ketika mereka berhadapan dengan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung oleh PDIP.
Jika ini terjadi, maka Jokowi harus "gontok-gontokan" dengan Megawati Soekarnoputri dan kader PDIP di belakang layar. Ini akan menjadi sangat dilematis bagi Jokowi. Ini yang dia tidak inginkan dan coba hindari. Sehingga, Jokowi akan melakukan apa pun," imbuhnya.
Editor : Pahlevi