Surabaya (optika.id) - Saat ini, Kawula17 ramai dibincangkan oleh warganet yang mengikuti kuis dalam platform tersebut. Sebelumnya, Kawula17 dikenal oleh warganet lantaran meluncurkan serangkaian kuis yang hasilnya memberikan saran pemilihan capres-cawapres maupun partai politik (parpol) secara multiplatform. Tak hanya itu, tampilan dalam Kawula17 pun memiliki tampilan yang menarik dan eye-catching sehingga menarik perhatian anak muda.
Berdasarkan keterangan resmi dari Kawula17, program tersebut sudah digunakan oleh sebanyak 210 ribu pengguna dalam kurun waktu 24 jam dan sempat menjadi trending topic di media sosial, khususnya X (Twitter). Untuk diketahui, aplikasi Kawula17 ini didirikan oleh Yayasan Pelopor Pilihan 17 selaku organisasi non-profit untuk mendorong proses pemilihan umum di Indonesia.
Baca juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!
Di dalam Kawula17, PP17 menghadirkan formasi pemilu dengan cara yang lebih mudah diakses, mulai dari Voting Advice Application (VAA) yang membantu pemilih muda menentukan pilihan calon presiden dan wakil presiden berdasarkan visi misi serta partai mana yang sesuai posisi mereka terhadap isu, profil partai, kuis spektrum politik hingga survei nasional yang berusaha menangkap perspektif anak muda atas isu terkini, bunyi keterangan yang diterima.
Menurut Analis Politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Silvanus Alvin, keberadaan survei seperti Kawula17 bisa dikategorikan angina segar bagi anak muda dalam menghadapi situasi banjir informasi dan hoaks, maupun fenomena echo chamer di media sosial. Pasalnya, pemilih muda saat ini berpotensi bingung akibat begitu banyak informasi apalagi ada kejadian yang dipotong atau diframing di media.
Survei Kawula17 ini dalam satu sisi bisa memberi efek simplifikasi, dari pilihan yang diambil pengguna berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bagi yang bingung harus memilih paslon mana, maka survei ini bisa membantu. Singkatnya, untuk membantu atau menambah wawasan, survei ini adalah hal baik, kata Alvin, Senin (5/2/2024).
Kendati demikian, Alvin menegaskan bahwa hasil kuis Kawula17 tidak bisa serta merta memengaruhi pemilih itu sendiri. maka dari itu, dia mengingatkan bahwa dinamika politik saat ini tidak bisa disimplifikasi melalui pertanyaan di survei maupun kuis seperti yang dibuat oleh Kawula17.
Di era digital saat ini, saya rasa paradigmanya bukan lagi publik yang disuruh mencocokkan dengan program kerja dari paslon yang ada. Melainkan, paslon harus bisa menyerap apa yang diinginkan publik, ucap Alvin.
Alvin mencontohkan, muncul gerakan Pol.is di Taiwan yang mengajak publik secara aktif untuk berdiskusi secara sehat dalam menentukan kebijakan, yakni ketika Uber pertama kali masuk ke Taiwan serta berkonfrontasi dengan taksi konvensional. Tak hanya itu, pelopor dari DemocracyOS, Pia Mancini juga membuat aplikasi yang memungkinkan publik membangun komunikasi dua arah dengan pejabat politik.
Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Jadi menurut saya, di Indonesia saat ini publik jangan hanya sekadar memilih dari pilihan yang terbatas, melainkan perlu dilibatkan dalam diskusi untuk kebijakan atau program kerja paslon, sambungnya.
Lebih lanjut, menurut Co-Founder Kawula17, Dian Irawati menegaskan bahwa platformnya bukanlah survei, melainkan semacam kuis untuk membuat penikmat kuis mengetahui dan melek masalah politik. Dia menyebut jika Kawula17 berdiri sendiri dalam rangka membagikan informasi soal pemilu dan parpolnya dengan mudah sehingga kawula muda makin melek politik dan tertarik membahasnya hingga terlibat secara aktif di dalamnya.
Untuk pilihan presiden, kami pilih demikian karena tujuan kita yang utama adalah berkeinginan membagikan informasi, pendidikan demokrasi dan politik secara supel, secara ramah, kata Dian, Senin (5/2/2024).
Ketika disinggung mengenai tantangannya dalam mengembangkan Kawula17, Dian tidak menampiknya. Dia mengaku ada tantangan dalam mengubah Bahasa visi-misi ke Bahasa yang lebih supel. Akan tetapi, pihaknya berupaya untuk membuat pendekatan agar publik yang ikut bisa terlibat dalam pemilu.
Baca juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Maka dari itu, dia berharap jika publik jadi berpartisipasi dalam pemilu dan mau mengerti perihal pemilu. Aksi tersebut menurutnya tidak bisa dilepaskan dari keinginan mereka untuk membuat para pemilih generasi X dan Y yang tidak lepas dengan internet memperhatikan soal politik.
Cara yang paling mudah adalah meng-engage mereka melalui seperti kuis ini, kelihatan sederhana, mudah, tapi waktu ngerjain kita minta mereka mencurahkan pikiran, merenungkan mereka dengar dan terbantu sekali dengan ada capres-cawapres, ya kalau niat ngedengerin kelihatan bisa isi gampang, jelasnya.
Editor : Pahlevi