Surabaya (optika.id) - Aktivis 1998, Wawan Leak dukung berjalannya kotak kosong pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Surabaya. Hal ini disinyalir karena partai politik dinilai tidak bisa melakukan kaderisasi yang baik.
Wawan menganggap Pilkada Surabaya merupakan fenomena pembodohan dan distorsi terhadap pemkiran demokratisasi secara massal. Seharusnya, semua partai tidak mendukung satu pasangan calon Walikota Surabaya, Eri Cahyadi dan Armuji di Pilkada Surabaya.
Baca juga: Eri Cahyadi-Armuji Menang Telak Lawan Kotak Kosong di Pilwalkot Surabaya 2024
"18 Partai Politik mendukung satu pasangan calon petahana Eri Cahyadi-Armuji, ini justru menyesatkan masyarakat di Kota Surabaya. Jelas ini ada yang tidak beres, tindakan ini menujukkan kurangnya niat baik dari Eri Cahyadi-Armuji maupun partai-partai pendukungnya," jelas Wawan Leak, Sabtu, (31/8/2024).
Aktivis itu menambahkan, dalam kepemimpinan Eri-Armuji tidak ada yang menonjol dari Surabaya. "Apa yang dibanggakan dari kepemimpinan Eri Cahyadi dan Armuji? Mereka hanya mendukung masyarakat menengah keatas dan oligarki, tidak berpihak pada masyarakat kecil,
Lalu, dirinya juga mencontohkan surat ijo yang merupakan salah satu janji politik pasangan Eri-Armuji yang hanya menguap begitu saja.
Di sisi lain, Edward Dewaruci, aktivis asal Gayungsari Surabaya pun mengatakan hal yang sama. Ia menyayangkan Pilkada 2024 Surabaya hanya memiliki satu pasangan calon. Maka dari itu, potret dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Surabaya tidak ada yang menarik.
"Ini sangat disayangkan sekali, karena partai politik di dalam aturannya punya tugas melakukan kaderisasi. Masak dari 18 partai politik sama sekali tidak mempunyai kader," ungkapnya.
Baca juga: Eri Cahyadi Siap Lanjutkan Apresiasi dan Sanksi ASN untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik
Lebih lanjut, partai politik seharusnya memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap kader muda. Karena, itu adalah tertuang dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang partai politik.
"Kader muda yang sudah dilatih ini nantinya bisa didorong untuk maju dalam kontestan politik," tambahnya.
Hal senada juga diungkap oleh Taufik Monyong, aktivis 1998 warga Bulak Surabaya menilai saat ini takmir partai politik sudah dikuasai oleh kartel.
Baca juga: Penghinaan Rakyat sebagai Pemegang Kedaulatan : Pemilihan Daerah Kota Surabaya
"Jangan hanya menunggu, asek glondong pangareng-areng (hanya menunggu setoran). Seharusnya, mereka bisa menarik diri dan gerombolan dan memajukan kader terbaiknya sendiri, tidak mengekor," ungkapnya.
Soal reklamasi pesisir timur, Ali Yusa mengatkan bahwa dirinya akan menolak dan melawan jika memang Walikota akan melakukan reklamasi tersebut.
Keempat aktivis itu, menyerukan Pilkada Surabaya mendatang ini dengan mendukung kotak kosong. Seperti yang diketahui, Eri-Armuji merupakan salah satu paslon yang diusung oleh 18 partai politik. KPU Surabaya juga telah mengumumkan perpanjangan pendaftaran hingga Rabu, (4/9/2024).
Editor : Pahlevi