Optika.id - Kantor Kepresidenan Rusia, Kremlin, pada Senin (18/11/2024) menyampaikan bahwa potensi penggunaan rudal jarak jauh Amerika Serikat terhadap target di wilayah Rusia dapat memicu gelombang ketegangan baru.
Pernyataan ini muncul di tengah laporan media yang menyebut Presiden AS Joe Biden, yang akan segera mengakhiri masa jabatannya, telah mengizinkan pencabutan pembatasan penggunaan rudal oleh Ukraina.
Baca juga: CEO Telegram, Pavel Durov Ditangkap di Prancis
Pada Minggu (17/11/2024), sejumlah media, termasuk The New York Times, melaporkan bahwa Biden telah memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal ATACMS dalam serangan ke wilayah Rusia. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan AS menjelang pelantikan Presiden terpilih Donald J. Trump pada Januari 2025.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan jika keputusan tersebut benar-benar disampaikan kepada pemerintah Ukraina, maka hal ini akan membawa konflik ke tingkat ketegangan baru yang lebih tinggi.
Baca juga: China Tegaskan Tak Akan Jual Senjata ke Rusia
"Ini adalah babak ketegangan baru secara kualitatif, mencerminkan keterlibatan AS yang semakin dalam dalam konflik ini," ujar Peskov kepada wartawan di Moskow.
Peskov menambahkan bahwa sikap Rusia terkait situasi ini telah ditegaskan oleh Presiden Vladimir Putin dalam berbagai kesempatan, termasuk pada pertemuan dengan para pemimpin media internasional di St. Petersburg pada Juni lalu. Menurutnya, posisi Putin terkait masalah ini sangat jelas dan tegas.
Baca juga: Rusia: Ukraina Kembali Serang dengan Drone dan Rudal
Namun, Peskov menyebut bahwa informasi mengenai perubahan kebijakan AS ini hanya diperoleh dari laporan media Barat. Ia juga menekankan bahwa risiko utama menurut Kremlin adalah serangan rudal jarak jauh tersebut dilakukan bukan oleh Ukraina, melainkan oleh negara-negara yang memberi izin kepada Kiev.
"Hal ini secara mendasar mengubah tingkat keterlibatan negara-negara tersebut dalam konflik ini," kata Peskov, menegaskan pandangan Rusia. Ia juga menuding bahwa pemerintahan Biden yang sedang memasuki akhir masa jabatan tampaknya ingin meningkatkan eskalasi dalam perang Rusia-Ukraina.
Editor : Pahlevi