CEO Telegram, Pavel Durov Ditangkap di Prancis

author Wildan Nanda

- Pewarta

Minggu, 25 Agu 2024 16:36 WIB

CEO Telegram, Pavel Durov Ditangkap di Prancis

i

CEO Telegram, Pavel Durov (Instagram pribadi Durov)

Surabaya (optika.id) - Founder sekaligus CEO aplikasi Telegram, Pavel Durov ditangkap di Bourget, Prancis, Sabtu (24/8/2024) waktu setempat. Menurut Reuters, kabar tersebut datang dari pemberitaan media Prancis, TF1 dan BFM TV.

Telegram merupakan salah satu media sosial yang berfokus pada kegiatan chatting seperti Facebook Messenger dan WhatsApp. Aplikasi ini sangat terkenal di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya.

Baca Juga: Misi Menyelamatkan Perancis

Bahkan di sana, Telegram menjadi aplikasi yang paling digemari setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok dan Wechat. Aplikasi yang memiliki kantor pusat di Dubai, Uni Emirat Arab ini didirikan oleh Pavel Durov, salah satu miliader berdarah Rusia.

Dia meninggalkan Rusia setelah menolak mematuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial VK miliknya.

Berdasar kabar dari TF1, Durov sedang berpergian menggunakan jet pribadinya. Ternyata dia sudah menjadi sasaran surat perintah penangkapan di Prancis sebagai bagian dari penyelidikan awal polisi.

Baca Juga: Pabrik Promsintez di Rusia Tengah Meledak, 6 Orang Tewas dan 2 Orang Luka-Luka

TF1 dan BFM TV mememberitakan penyelidikan itu berfokus pada kurangnya moderator atau sensor di Telegram. Karena itu, polisi menganggap aktivitas kriminal di Telegram dapat berjalan mulus tanpa hambatan apapun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Reuters sudah mencoba menghubungi kantor pusat Telegram, namun mereka tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters tersebut. Kemendagri dan polisi Prancis juga tidak memberikan tanggapan apapun terkait kabar ini.

Baca Juga: Serangan Rudal Kota Idlib Suriah: Sembilan Tewas dan Puluhan Luka-Luka

TF1 menyebutkan, Durov melakukan perjalanan dari Azerbaijan dan ditangkap sekitar pukul 20:00 (18:00 GMT). Pria yang kekayaannya sebesar 15,5 miliar dollar AS menurut Forbes tersebut mengatakan bahwa beberapa pemerintah telah berusaha menekannya. Tapi aplikasi yang kini memiliki 900 juta pengguna aktif tersebut harus tetap menjadi platform yang netral dan tidak ikut berperan dalam permainan geopolitik global.

Menanggapi kabar penangkapan tersebut, beberapa blogger Rusia menyuarakan protes di Kedubes Prancis di seluruh dunia pada Minggu (25/8/2024) siang. (*)

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU